Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Bisnis Kuliner dan Tips Pembeda

Gambar oleh Pexels dari pixabay.com

Dalam dua dekade terakhir perkembangan usaha penjualan makanan dan minuman, atau dikenal sebagai bisnis kuliner, berkembang pesat. Bahkan pada masa timbulnya krisis moneter menjelang tahun 2000 , bisnis kuliner menjadi salah satu katup sosial manakala usaha-atau lain cenderung stagnan.

Di Jakarta berjamur secara serentak kafe-kafe tenda yang dikelola oleh orang yang baru terjun di dunia bisnis kuliner sampai dengan pesohor-pesohor bermodal kuat. Mengamati fenomena di kawasan Semanggi, Lapangan Parkir Timur Senayan, wilayah Blok M dan area lain di Jakarta Selatan terdapat beragam corak kafe tenda, dari yang sederhana sampai dengan yang berarsitektur "wah" dengan fasilitas lengkap.

Kendati dewasa ini kemeriahan kafe tenda tidak seheboh perkembangan waktu itu, namun pertumbuhan bisnis kuliner tidak lantas surut. Apakah itu bisnis kuliner dengan franchise atau dimulai dengan coba-coba, paling memiliki konsep usaha, sesederhana apapun, yang menjadi guide line.

Menentukan konsep bisnis kuliner akan berpengaruh terhadap: jenis makanan minuman, letak usaha, gaya bangunan, model pelayanan dan lain sebagainya. Tiap-tiap konsep seyogyanya mengandung unsur uniqness, sesuatu yang make a difference, yakni pembeda terhadap usaha serupa.

Konkretnya begini.

Saat krisis moneter, saya pun turut berusaha menangguk keuntungan dari usaha kafe tenda. Namun apa daya, kemampuan permodalan ketika itu pas-pasan. Pas untuk membuat warung tenda kecil. Pas untuk pengadaan peralatan warung. Pas untuk mengelola kafe tenda dengan tenaga sendiri dan modal kerja minimalis.

Betapa tidak? Usaha serupa dikelola dengan kapital yang sepertinya tiada batas, sehingga arsitektur bangunan, interior, peralatan, fasilitas dan bahkan ragam makanan minuman setara dengan restoran mewah. Ada banyak pilihan menu makanan minuman ditawarkan di kafe-kafe tenda sekitar. Maka, menandingi kafe-kafe tenda seperti itu menjadi suatu kemustahilan.

Saya harus memikirkan konsep yang berbeda. Make a differenceatas usaha kuliner!

Antitesis terhadap usaha kafe tenda lain yang menawarkan kemewahan, saya pun menggagas kedai kopi, transformasi dari coffee house mewah kepada penerapannya yang jauh lebih sederhana. Kafe tenda saya namakan Kedai Kopi, yang menjual aneka kopi, minuman, milk shake, ditambah makanan camilan dan medium meal (mie rebus/goreng, nasi goreng) untuk mereka yang lapar nongkrong lama.

Yabetul! Kedai Kopi ditujukan kepada mereka yang doyan nongkrong lama: ngopi, ngemil, kalau lapar ada nasi goreng atau mie buat pengganjal perut.

Dengan modal kerja relatif sedikit, Kedai Kopi menjadi kafe tenda ruang nongkrong anak-anak muda, bahkan kemudian ia menjadi tempat rendezvous. Setiap sore sampai malam, terutama di malam libur, Kedai Kopi selalu dipenuhi pengunjung.

Pembeda berikut, sebuah produk minuman menjadi ikon dan sulit dicari bandingan rasa dengan minuman sejenis di tempat lainnya.

Namanya coffee shake, sejenis minuman milk shake. Minuman ikonik Kedai Kopi itu dibuat dari kopi, gula dan susu lalu dikocok (shaked), bisa ditiru. Namun saya menggunakan kopi tertentu (rahasia... hahahaha), sirup merek tertentu (rahasia juga) pengganti gula dan susu murni (bukan dalam kemasan atau pabrikan).

Lebih uniknya, campuran tersebut dikocok (shaked) bukan dengan blender elektrik, tetapi diguncang-guncang dengan gelas shaker (yang biasa digunakan oleh bartender). Proses pembuatan coffee shake itu menjadi tontonan tersendiri bagi pengunjung. Pertunjukan mengguncang-guncang (shaking) dan rasa yang unik menjadikan coffee shake menjadi menu milk shake paling laris, bahkan diantara menu lainnya.

Jadi, umumnya, makanan dan minuman yang dijual resep dan bahan-bahannya itu-itu saja. Ketika membuka usaha kuliner dengan menu itu-itu saja, tidak ada kekhasan yang membuat orang ingin kembali dan kembali lagi ke gerai tersebut.

Bagi mereka yang akan dan sedang berusaha di bisnis kuliner ada baiknya make a difference, membuat pembeda sebagai ciri gerainya. Apakah dari segi arsitektur bbangunan, tatanan interior, cara melayani, produk makanan atau minuman.

Dengan unsur pembeda khas tersebut diharapkan pengunjung akan terus-menerus kembali. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh sudah bisa dibayangkan.

Semoga bermanfaat.

Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

7 komentar untuk "Bisnis Kuliner dan Tips Pembeda"

  1. kembali lagi. coffe shake ataupun apa itu namanya. branding atau merek menjadi nomor 1. meskipun terkadang rasa dinomorduakan (dewa eka prayoga on youtube channel "bedah bisnis Starbuck")
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul itu. Bagi yang punya kecukupan modal sih...bisa branding.

      Hapus
  2. Wah usaha keras fmdan pengalaman menarik ya
    Benar harus ada khas untuk sebuah brand sebagai pembeda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, klo sama persis dengan yang lain tanpa pembeda, berat

      Hapus
DomaiNesia