Pintu yang Tertutup
Seperti terkucil
Sendiri, tak ada yang mengajak berbincang
Atau sekedar bercerita tentang acara televisi atau bumbu-bumbu masak
Kemana mereka yang dulu ramai
Bertengkar, bergurau, menangis dan meminta perlindunganku?
Kini terbiar begitu saja?
Busakah mereka menemani ketika aku harus menghitung waktu
Pintu-pintu yang selalu tertutup
Taktahukah di sini aku masih ada
Walau telah keriput kulitku, rapuh tulang belulangku
Tapi tidak dengan ingatanku
Mengapa pintu selalu tertutup
Seolah takpernah ada diriku
Teleponpun tak berdering setiap waktu
Padahal selalu kutunggu selarik kabar itu
Ketika langit ingin memintaku, mengapa kamu bersedih?
Untuk apa menangis
Sedang kemarin, pintu-pintu tertutup untukku
Haruskah aku tertawa, atau ikut bersedih jua?
Aku menyayangi kalian semua, dengan caraku yang takpernah kalian pahami
Usah risau
Bila aku telah diam, simpan ajaran kesabaran
Tundukkan kepala, bila titik hening makin mendekat
Teras malam, September 2020
Syahdu puisinya 😊🤗🤗 sini peluk🤗
BalasHapusMakasih mbak
HapusMau dipeluk juga dong :-)
Hapus😂😂
Hapuskeren banget!!! kalau berkenan, mungkin bisa mampir ke anaksenja.com buat baca2 puisi atau cerpenku 😁
BalasHapusLink boleh seret kemari, aku tengok
HapusMakasih kawan
Sendu...
BalasHapusSemoga mbak Aliz baik-baik aja disana ya☺️👍
Aamiin, terima kasih
HapusBagus
BalasHapusMbak Aliizzz .. peyuukk ❤️
BalasHapus