Gisel, Boikot Perancis, Pulangnya MRS, dan Wajah Munafik
Gisel, Boikot Perancis, Prank Kepulangan RS, dan Wajah Munafik
Sepagi ini, sibuk tidak sempat membuka HP, siang, di tengah-tengah waktu luang, ketika membuka, hampir semua grup berbicara mengenai Gisel. Tidak sempat memperhatikan ada kisah apa, pada siang tadi. Eh sampai malam pembicaraan ini makin menjadi dan lini massa sosial media makin riuh rendah.
Boikot produk Perancis langsung sirna secara cukup signifikan, hanya satu dua yang membahas. Pokoknya kalah keren dan kalah beken kalau tidak membahas Gisel atau saveGempi. Perancis tersingkirkan.
Pemilihan aneh di Amrik pun yang memang redup, tersingkirkan kisah Perancis makin jauh. Biden dan Trump yang begitu panas tidak lagi menjadi perhatian. Kondisi makin jelas ke arah mana, jadi tidak lagi menarik.
Rizieq yang kembali nge-prank juga sama tersingkir pada kondisi ini, apalagi soal pandemi mana ada. Semua lewat demi Gisel. Seolah yang bicara Gisel itu yang paling top dan jagoan. Lainnya perlu ditinggalkan dulu.
Memilukan sebenarnya jika mencermati gaya hidup berbangsa anak negeri ini. Bagaimana bisa ngotot, marah, ngamuk, merusak ini dan itu, demi klaim membela agama, nabi, dan martabat mereka yang terlukai atas pernyataan Macron, namun heboh juga dengan adanya berita skandal dan dilengkapi pornografi.
Besok pasti akan ada narasi atau orang bicara, tampilnya video ini adalah pengalihan isu atas kegagalan pemerintah. Terutama menyangkut resesi. Kondisi ekonomi global yang bagi kelompok oposan tidak mau tahu.
Miris sebenarnya, jika demikian mudahnya orang yang mengaku paling agamis, religius, membela agama, iman, nabi, atau apapun sebutannya, pada sisi yang lain masih demikian mudah untuk suka dengan pornografi dan kisah-kisah skandal yang pada dasarnya adalah ranah privat.
Beralih agama atau kepercayaan yang sama sederhananya, di sini jangan dinilai sederhana. Hanya soal baju atau label saja berubah sudah heboh. Sekali lagi miris, karena dua hal yang bertolak belakang namun bisa serentak terjadi dalam satu tarikan nafas.
Aneh dan ajaib sebenarnya, bagaimana bisa kegelapan tidak bisa terusir oleh terang. Mana ada terang berdampingan dengan gelap. Bayangkan saja masuk pada ruangan yang gelap, ketika kita menekan tombol untuk menyalakan lampu, serentak gelap akan sirna.
Nah mengapa kita seolah bisa berdampingan gelap dan terang
Pertama, sikap munafik. Satunya kata dan perbuatan belum menjadi gaya hidup. Masih sebatas slogan. Memilukan sebenarnya, karena keadaan demikian seolah diamali dan dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat. Mulai elit hingga rakyat jelata.
Lamis, atau basa-basi. Budaya dan tabiat basa-basi sedemikian lekat dalam hidup bersama kita. Hati-hati, karena jika tidak, kita bisa jatuh pada kondisi munafik. Awalnya menjaga relasi dan komunikasi namun bisa menjadi kebiasaan yang sangat buruk.
Fanatisme sempit. Fanatis itu harus untuk menjaga agama dan iman personal. Namun gaya beragama kita yang ugal-ugalan, kadang memaksakan kehendak, merasa diri paling gede, benar, dan besar melupakan hal-hal yang prinsip.
Masih lebih suka pada taraf label, pakaian, dan hal yang artifisial. Hal yang fundamental, mendasar, dan hakiki masih jauh dari harapan. Agama masih sebatas ritual, hafalan, dan aktifitas fisik, belum mengubah kebiasaan, gaya hidup, dan memperbaiki kualitas kehidupan.
Apa-apa dikaitkan dengan agama, namun masih suka juga dengan yang jelek-jelek. Tidak heran korupsi demikian masif dan penolakan dibersihkan lebih kuat lagi. Perilaku di atas yang menjadi panglima.
Padahal, pada hakikiatnya, jika sudah hidup dalam alam roh, di dalam spiritualitas, maka, hidupnya akan tenang. Mau baik atau buruk semua itu tidak lagi menjadi hal penting. Mau ada apa di Perancis juga tidak akan reaktif, pun dengan adanya video Gisel sama saja. Apalagi hanya kepulangan seseorang yang pergi beribadah.
Negeri ini terlalu mabuk agama, spiritualitas, dan hal-hal rohaniah, namun hidupnya masih jauh dari itu semua. Senggol bacok lebih mengemuka dari pada salam santun dan saling hidup berdampingan dengan tenang.
Jauh lebih pas, jika model demikian itu memang penyuka bokep, bukan bicara penistaan agama. Linier, berbanding lurus, bukan malah kebalikannya. Aneh dan luculah, hari ini bicara kesalehan, sekaligus mengulik skandal kamar tidur.
Yah itu semua memang harus di hadapi. Konsekuensi negara masih taraf belajar. Anak itu normal kalau mudah gumun, namanya juga proses. Namun, apakah hanya akan terus demikian? Jika iya, kapan dewasanya?
Kesadaran atau menilai semua itu tidak penting itu bagus. Jadi tidak mudah terpancing emosi dan juga mudah ngamuk-ngamuk pada hal yang sepele. Pun tidak ikut-ikutan heboh dengan kisah di balik dinding kamar orang lain.
Layak ditunggu kondisi ini menjadi lebih baik. Apa iya, pemersatu bangsa kog urusan ranjang, bukan hal yang lebih berdaya guna dan bermutu.
Salam Kasih
Susy Haryawan
Posting Komentar untuk "Gisel, Boikot Perancis, Pulangnya MRS, dan Wajah Munafik"