Mendukung Jokowi Diam, yang Dihadapi Anak Tantrum
Mendukung Jokowi Diam, yang Dihadapi Anak Tantrum
Sepanjang pagi berseliweran baik percakapan atau lini masa media sosial menyalahkan presiden, Jokowi yang diam saja. Ada yang mengatakan kecewa menyaksikan pernikahan bahkan menutup jalan, dan lagi di tengah pandemi. Rekan lain menyandingkan itu dengan kemarahan petugas kepada orang yang mengadakan pesta kecil-kecilan.
Berita dan juga meme membandingkan pembubaran nonton kontes cupang dan lagi-lagi pesta yang diadakan oleh elit ormas yang sudah pada paham tabiat dan perilakunya. Cukup capek membaca hal demikian, di sisi lain, jengkel juga menghadapi manusia bebal namun arogannya minta ampun. Eh benar juga ya bebal biasanya arogan.
Sejak sebelum pulang, Rizieq sudah banyak tingkah. Laiknya anak kecil yang caper karena ditolak permintaannya. Makin hari makin naik tensi capernya dan itu makin membuat orang jengkel, kini malah kejengkelannya ke Jokowi.
Sukses memainkan permainannya, ketika semakin banyak orang ikut memusuhi Jokowi dan pemerintah. Hanya karena ketengilan si pion orang langsung marah pada Jokowi. Si bandar yang sedang duduk-duduk sambil memonitor di ruangan ber-AC sambil melahap makanan dan minuman enak, ongkang-ongkang menunggu kirim kardus karena pemain sudah sukses mendapatkan hasil.
Bandara dan taman dirusak. Orang ramai-ramai marah, ke mana Jokowi, pemerintah kalah sama ormas ilegal dan caci maki lain. Lha perusaknya malah dibiarkan tidak dicaci, siapa yang main? Ya kelompok mereka, ketika pendukung sudah kena hasut mereka menang. Sebagian.
Tanggapan tidak sesuai ekspektasi, mereka buat ulah lagi, minta rekonsiliasi. Lagi-lagi tidak cukup memberikan dampak. Sambutan sangat kecil, kalau tidak dibilang nol besar. Malah cibiran yang lebih mengemuka dan menggelaja.
Pesta dan menutup jalan merupakan kesuksesan, banyak narasi kekecewaan yang mencuat, justru pada para pendukung Jokowi. Lagi-lagi sebagian kemenangan di tangan mereka. Tetapi puncaknya belum kena, makanya doa dan harapanburuk, caci maki berhamburan di acara keagamaan. Apa yang terjadi adalah memperlihatkan mereka panik.
Benar, bahwa netizen, warga marah, jengkel, dan kecewa itu sebagian kemenangan, gol-nya masih jauh. Jokowi diam saja. Target mereka kan ini. Bagaimana respons untuk membuat rusuh dan tidak bisa.
Coba jika pernikahan dengan 10.000 orang dipaksa bubar, bisa saja TNI dan polisi melakukan itu, tetapi reaksi jauh lebih buruk sangat mungkin terjadi. Penonton, saya dan juga pembaca kan tidak tahu ada gerakan apa, selain yang terpampang di media. Pemerintah dengan intelijen kan tahu.
Mencabut rumput jangan sampai membunuh juga padi sebagai tanaman utama. Point penting ini yang perlu dicermati. Gampang membubarkan pesta itu, tetapi dampak ikutannya, murah tidak? Tentu saja ini bukan soal kedudukan dan kursi kepresidenan semata, namun keselamatan bangsa dan negara.
Indikasi bukan dibiarkan saja, namun ada tindakan terukur ada pada beberapa hal sebagai berikut;
Anies Baswedan sebagai saksi batal hadir. Posisi strategis dan sobat seiring sejalan, sowan pula, jelas sudah berhitung untung dan rugi. Penasihat politiknya sudah memberikan peringatan, bahwa ada yang perlu dicermati, sebagai langkah ke depan. Pilihan yang jelas ada alasan yang sangat kuat.
Panglima TNI mengadakan konperensi pers dengan seragam lapangan lengkap bersama jajarannya. Ini bukan main-main. Serius menghadapi segala keadaan. NKRI menjadi sebutan yang sangat jelas, artinya pun gamblang.
Polisi juga mengadakan konperensi dengan seragam Brimob, hijau doreng. Sangat serius, bukan barang sepele. Mereka telah menampilkan sisi keamanan yang menjadi prioritas.
Penangkapan dan penampilan anggota TNI yang berteriak pada momen yang tidak tepat sebenarnya sudah memberikan signal, kami, TNI-Polri, juga pemerintah itu bisa melakukan apa saja, namun terukur, jangan macam-macam. Ketika aneh-aneh meningkat, ya sudah, TNI-Polri lengkap menyatakan sikap mereka.
Siapa yang di hadapi ini anak negeri juga, Bung Karno mengatakan perjuangan generasi mendatang makin berat. Apalagi kini bukan semata anak negeri sendiri, namun antara lawan dan kawan sangat sumir. Jangan sampai mengorbankan pion di jalanan, yang maaf tidak punya otak, sedang para penyandang dana sedang terbahak-bahak tanpa mau tahu.
Rizieq Shihab dicekal selesai, dan tidakribut-ribut, lha maunya balik ke era Orba, main kayu dan main sikat. Aneh juga bangsa ini, pendekatan lembut dikatakan lemah, kalah sama preman atau ormas.
Rencana mereka sudah sangat matang, berjilid-jilid disiapkan ujung-ujungnya ya ganti presiden. Begitu banyak kepentingan yan terganggu, dan kini mereka kolaborasi memainkan pion yang merasa patih. Kan cilaka ketika anak buah pion ini menjadi sasaran penegak hukum, nanti para penyandang dana ini melanjutkan narasi mereka.
Di balik diam, atau istilah banyak netizen, pemerintah takut ini sejatinya sedang menunggu mau mengarungi para bos yang mempermainkan perselisihan setiap saat seperti saat ini. Ingat saja UU KPK, UU Cipta Karya, dan kini hajatan oleh orang tolol semua menghujat Jokowi.
Saya bersama Jokowi dan mendukung pilihan sulit ini. Jalan sunyi dan panjang memang harus dilalui, menghadapi orang tak berhati menggunakan pihak tak berotak, untuk nafsu kuasa dan kekayaan.
Salam Penuh Kasih
Susy Haryawan
Posting Komentar untuk "Mendukung Jokowi Diam, yang Dihadapi Anak Tantrum"