Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Rizieq Shihab Takut pada Siapa?

 

Rizieq Shihab Takut pada Siapa?

Kembali riuh rendah Rizieq Shihab mau balik. Konon katanya, pernah ada yang mau susah-susah menghitung, RS sudah enam kali mengatakan mau balik dan gak jadi, lima kali dan enam dengan yang sekarang.

Lebih heboh bantahan kemudian ketika gak jadi pulang dari pada keberadaanya. Alasan batal pun intinya salah Jokowi. Cukup menarik, ketika berhadapan dengan Jokowi, ia seolah maha raja yang tidak kena hukum. Bebas mengatakan apa saja, tapi dari tanah seberang. Kelihatannya perlu percobaan untuk benar-benar pulang dan Jokowi, pemerintah mau apa dengan keberadaannya yang bagi sebagian pihak cukup meresahkan itu.

Nyatanya ormas liarnya hingga hari ini juga masih petentang-petenteng dan menggunakan segala isu untuk demo, di tengah pandemi pula. Mirisnya ujung-ujungnya selalu Jokowi dzolim, turunkan Jokowi. Pembubaran dan pembekuannya nol besar, seragam, bendera, dan bahkan seragam mereka selalu hadir untuk “melawan” agenda pemerintah yang sah, pemenang pemilu. Kan ngilu melihat sepak terjang mereka seperti itu.

Apakah Jokowi tidak ia takuti? Sebentar, nanti dulu, bisa dilihat kemudian. Fakta-faktanya seperti apa.

SBY

Sangat mungkin Rizieq Shihab atau RS jerih menghadapi SBY. Ia presiden yang kalau tidak salah dua kali memenjarakan RS. Bayangkan selama 10 tahun dua kali masuk  bui tanpa ada narasi antiislam dan kriminalisasi ulama, karena memang elit agamanya melakukan tindak kriminal, bukan di balik.

Residivis telah tersemat, karena perulangan dalam tindak pidana. Sekalipun juga RS tidak pernah menyinggung atau menuding SBY sebagai ini dan itu. Aneh dan  lucu bukan? Mengapa bisa demikian, sedang Jokowi yang diam saja ia salah-salahkan terus, termasuk alasan ia kabur dan tidak berani pulang itu. Mengapa pada SBY malah tidak?

Konon, khabar burung yang ada menyebutkan ada janji yang dilanggar RS berkaitan dengan dukung an pada AHY ketika pilkda DKI. Logis juga sih, jika berbicara ini, apalagi kata Rizal Ramli, SBY orang yang pelit. Tentu janji itu juga dengan doit, bukan gratisan. Terkonfirmasi ketika pilpres kemarin dengan narasi jenderal kardus ketika Sandi yang naik menjadi cawapres, bukan AHY.

Nah, SBY dua kali memenjarakannya. Mosok tidak bisa menyeretnya lagi jika memang melakukan tindakan yang sangat merugikan bagi SBY. Sangat mungkin dan masuk akal.

Mengapa menyerang Jokowi?

Ia tahu, posisi Jokowi itu banyak musuh, dan ia ada pada barisan yang sama. Hal yang sangat wajar dan gampang untuk mendapatkan dukungan secara terbatas namun sangat kuat. Ada begitu banyak kepentingan elit yang terganggu oleh keberadaan Jokowi.

RS tahu persis, lihat saja siapa-siapa yang sowan ke tempat persembunyiannya di negeri yang jauh sana. Ada pada barisan mana, dan ada agenda apa dengan itu semua, ia paham dengan baik.

Jokowi si raja tega jika itu adalah prinsip. Tetapi ia tidak gegabah. Lihat saja bagaimana kisah Setnov, Reza Chalid, dan penyelesaian kisruh Kapolri, serta paling mengerikan 212. Hal yang banyak pihak tidak duga, bisa ia selesaikan dengan caranya yang tidak mudah.

UU Cipta Kerja juga akhirnya diketok, tekanan massa padahal juga tidak kecil. Tentunya RS sudah berhitung, bahwa ia bisa bahaya jika tidak memainkan permainan dengan cerdik. Ia juga tahu bukan lawan sepadan dengan Jokowi.

Chat Mesum

Ini adalah reputasi. Susah dan memalukan, jargon imam besar itu jika soal politik atau kekerasan masih lah bisa dibanggakan. Masuk jerugi besi dengan kepala tegak sebagai pembela agama atau melawan tiran, ketika persidangan mesum dan masuk bui?

Ini nama besar, reputasi, dan jaminan hidupnya. Bisa hancur berantakan jika kisah ini yang dilanjutan ke persidangan. Tentu ia berharap soal penistaan agama, Pancasila, atau yang lain, tentu bukan soal pornografi dan pornoaksi.

Anak buahnya gegap gempita membela, memasang baliho di mana-mana, ya iyalah mereka tidak tahu dan tidak paham apa yang terjadi. Berbeda dengan dirinya yang paham dengan baik di mana titik lemah yang akan dijadikan bahan untuk menelanjanginya.

Maka, selama ini ia selalu mencoba tampil kritis melawan pemerintah, isu apapun ia pakai untuk mendeskreditkan pemerintah-Jokowi. Mau membesarkan diri sendiri dengan mengecilkan pihak lain. Khas kepiting di dalam mekanisme mempertahankan diri. Ini hanya upaya membangun image sendiri yang sudah berantakan.

Kabur dengan dalih umroh susah untuk dijadikan pijakan kembali. Begitu lama dengan narasi ngaconya makin membuat namanya tidak lagi besar-besar amat. Silang sengkarut pembelaan anak buahnya menambah coreng moreng itu.

Mau kembali mara bahaya menghadang, bukan semata bui, namun reputasi. Imam besar mesum makin kuat, jika pidana itu dijatuhkan, sebulan  percobaan pun sudah merontokkannya pada titik nadir paling dalam

Segarang-garangnya orang, tetap saja jerih jika menghadapi kondisi yang memalukan. Malu itu tidak bisa diupayakan untuk selesai, berbeda jika itu adalah takut, menjadi berani. Kalau malu itu habis semuanya.

Salam kasih

Susy Haryawan

Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

Posting Komentar untuk "Rizieq Shihab Takut pada Siapa?"

DomaiNesia