Sebuah Foto Adalah Sebuah Perjalanan
Pada hari Rabu, tanggal 13 Januari 2021 lalu, Secangkir Kopi Bersama (SKB) mengadakan event yaitu Kelas Teknik Fotografi yang dipandu oleh Bapak Tonny Syiariel, seorang Travel Management Consultant dan Professional Tour Leader. Bapak Tonny Syiariel juga sangat intens menulis tentang wisata/tour and travel. Foto-foto beliau juga sangat menarik, saya menggemari foto-foto hasil jepretan beliau dan beberapa kali saya meminta izin untuk saya jadikan sebagai ilustrasi puisi. Menjadikan foto beliau menjadi ilustrasi puisi menjadi beban kalau puisinya tidak bagus. Sayang sekali ilustrasinya sangat menarik, puisinya tidak menarik. Tetapi beliau tidak pernah mempermasalahkan, beliau dengan sangat rendah hati dan suka berbagi.
Saya dan sahabat-sahabat Secangkir Kopi Bersama (SKB) sangat beruntung bisa mengikuti Kelas Teknik Fotografi ini dengan gratis dan dilaksanakan secara daring.
Ada tiga elemen yang harus seimbang dalam fotografi yang disebut Segitiga Fotografi yaitu :
1. ISO, ukuran seberapa sensitive sensor kamera terhadap cahaya
2. Apertur (Diafragma), seberapa besar lensa terbuka saat foto diambil
3. Shutter Speed, rentang waktu jendela didepan sensor kamera terbuka
Interaksi ketiga elemen ini disebut eksposur, yang jika salah satunya mengalami perubahan maka akan mengubah elemen lainnya.
Kita mulai dari elemen yang pertama yaitu ISO, semakin tinggi nilai ISO maka semakin besar cahaya yang ditangkap oleh sensor. Seperti foto yang saya ambil dengan memakai kamera sederhana dan tentu saja kemampuannya terbatas.
dokpri |
Elemen kedua yaitu Aperture, berguna untuk mengontrol cahaya yang masuk ke sensor pada kamera lewat bukaan pada lensa. Bukaan yang paling besar adalah f/1.4 dan paling kecil f/22. Makin besar nilai f-nya maka makin kecil diameter/diafragmanya dan begitu juga sebaliknya.
Foto berikut ini saya ambil di Bukit Tapan, sebuah daerah puncak di Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Dalam foto ini saya ingin memotret bunga liar berwarna kuning dan mengabaikan latar belakangnya. Saya memakai Aperture 3.265. Jadi focus ke bunga liar yang berwarna kuning dengan latar belakang perbukitan yang tidak begitu jelas.
dokpri |
Elemen terakhir adalah Shutter speed, pada saat kita memotret shutter akan terbuka sehingga sensor merekam cahaya yang masuk lensa. Durasi pembukaan shutter inilah yang disebut Shutter speed. Semakin lama shutter dibuka maka akan semakin banyak cahaya yang masuk dan begitu juga sebaliknya. Satuannya adalah detik, contohnya 1/100 artinya 0.01 detik.
Berikut foto di lokasi Air Terjun Sungai Medang dengan memperlambat speednya 15 sec.
dokpri |
Untuk objek yang bergerak kita membutuhkan kecepatan tinggi sehingga kita harus mempertimbangkan kecepatan. Contohnya jika kita memotret balapan motor.
Sesungguhnya kamera hanyalah sebuah alat, yang memegang peran penting dalam hasil foto adalah orang yang dibelakang kamera. Walaupun kita bukan fotografer handal namun kita bisa mulai belajar cara memotret yang menghasilkan foto menjadi lebih menarik. Ada beberapa tips agar hasil foto kita unik, cantik dan menarik. Diantaranya adalah :
1. Framing your shots
Membingkai foto, objek foto tidak harus kita ambil seluas-luasnya, tapi kita bisa membingkai sebuah foto dengan ketersediaan objek lain di lokasi foto.
Seperti foto berikut, saya memilih mengambil foto Jembatan Gentala Arasy yang berlokasi di Kota Jambi ini pada sisi pilar yang berada di tempat saya berdiri. Foto Jembatan Gentala Arasy seperti punya bingkai disalah satu sisinya. Mungkin akan lebih bagus jika di semua sisi ada bingkai, namun di lokasi hanya ada satu pilar yang bisa dimanfaatkan.
dokpri |
2. Learn Rule of Third
Menerapkan aturan 1/3 bagian, bagaimana cara memposisikan obyek 1/3 bagian dalam foto supaya agar lebih menarik. Seperti foto saya berikut ini, saya menempatkan Gunung Masurai pada 1/3 bagian dari foto. Sebenarnya focus foto ini adalah Danau Pauh Jangkat tapi karena ada latar Gunung Masurai maka saya menempatkannya di 1/3 bagian dari foto.
dokpri |
3. Find the leading lines
Ada garis-garis Imajiner dalam sebuah foto namun sesungguhnya garis-garis itu tidak ada dan sudah tersedia secara alami. Seperti foto saya berikut ini, terlihat jelas garis horizontal batas danau dan sawah. Foto ini saya ambil di pinggir Danau Kerinci. Jika terdapat objek manusia di foto maka garis itu tidak boleh memotong objek manusia tersebut, misalnya garis tersebut memotong lehernya. Sebaiknya garis tersebut berada diatas objek manusia.
dokpri |
4. Waiting for the golden hour
Ada waktu terbaik untuk memotret pada jam pertama dan terakhir sinar matahari, jika mempertimbangkan kualitas cahaya. Pada foto saya berikut ini, saya mengambilnya foto berlokasi di Danau Kerinci kala senja. Dan ini adalah golden hour antara jam 17.06-17.49. Kalau lewat dari jam ini sudah menjadi sunset dengan warna lebih merah (17.49), lalu berubah menjadi Blue hour (17-58-18.26). Jadi mesti berburu golden hour untuk mendapatkan hasil foto yang menarik. Untuk diketahui, golden hour pada pagi hari sekitar jam 05.45-06.28.
dokpri |
5. Symmetry Composition
Atau komposisi Simetri, foto harus mempunyai komposisi simetri yang seimbang. Pada foto Gunung Kerinci yang saya ambil, patokan dalam mengambil foto adalah puncak Gunung Kerinci harus tepat ditengah foto. Karena yang menjadi sentral foto ini adalah Gunung Kerinci, bukan jalan atau kebun tehnya.
dokpri |
6. Turn off the flash
Ada saatnya kita tidak butuh cahaya dalam memotret, terutama di malam hari. Memotret dalam gelap juga sangat cantik. Foto berikut ini, saya hanya mengambil foto menggunakan HP Android. Tentu saja kualitas tangkapannya tidak sebagus kamera. Foto Kota Jambi dari hotel tempat saya menginap ini hanya bisa menangkap cahaya lampu dan tidak begitu detail bangunan dan lainnya.
dokpri |
7. Choose the shooting spot to remember
Ketika kita melakukan traveling dan mengambil foto yang banyak, kadang kita lupa dimana foto kita ambil. Jadi tidak ada salahnya ketika kita traveling mengambil spot foto pada tempat yang mudah kita ingat. Misalnya anda berfoto disamping nama sebuah gedung bersejarah. Saya sendiri karena begitu banyak tempat saya kunjungi, juga sering lupa foto dimana. Makanya setiap saya berkunjung, pasti saya berfoto didepan gerbang seperti foto dibawah ini. Saya berfoto didepan gerbang Danau Depati Empat.
dokpri |
8. Move the subject to the left/right
Subjek foto tidak selalu harus ditengah. Kita bisa menempatkan subjek disamping kiri atau kanan foto. Layaknya foto yang saya ambil di Danau Pauh Jangkat. Sebuah motor boat saya posisikan di sebelah kiri karena saya juga tidak sekedar ingin memotret motor boat tersebut. Tapi bagian danau juga bisa masuk dalam foto.
dokpri |
9. Organize them
Mengatur subjek foto dalam jumlah yang banyak untuk menghasilkan foto yang bagus, kenapa tidak. Ketika saya berkunjung ke Candi Muara Jambi, sebenarnya mereka sudah ter-organize dengan baik. Tetapi jika kita tidak bisa menangkap dengan cepat, tentu hasilnya tidak seperti yang kita harapkan dan biasa saja. Foto ini saya ambil hanya dengan kamera HP Android secara reflek. Walaupun saya tidak mengatur mereka tapi hasil difoto mereka seperti ter-organize.
dokpri |
10. Candid shoot
Foto dengan posisi candid kadang lebih alamiah. Lihatlah senyum atau tawa mereka yang sedang di foto candid, terkesan tidak dibuat-buat. Tidak salahnya jika kita memotret mereka yang tidak sadar kalau sedang dipotret. Pada foto dibawah ini mereka sedang bersiap difoto, namun saya mencuri lebih dahulu mengambil foto mereka.
dokpri |
11. It’s about perspective
Dalam hal perspektif, cara fotografer melihat suatu objek. Jika posisi fotografer berpindah sedikit saja maka foto yang dihasilkan juga berbeda. Jembatan gantung ini jika saya ambil fotonya dengan posisi memotretnya di jembatan gantung, mungkin hanya terlihat jembatan gantung dalam bentuk lurus saja. Tapi ketika saya mengambil posisi di atas jalan atau lebih tinggi dari jembatan gantung maka saya mendapat foto jembatan gantung dengan tali sling jembatan gantung yang cantik ini.
dokpri |
12. Colourful subjects are always beautiful
Potretlah subjek dengan banyak warna, perpaduan banyak warna tentu sangan menarik. Bak pelangi nan cantik. Pemandu wisata menyarankan kami untuk memakai warna busana yang agak terang. Karena tempat wisata yang kami kunjungi adalah rawa yang didominasi warna hijau. Tidak salahnya kita juga memperhatikan warna busana jika kita berkunjung ke sebuah tempat wisata. Seperti foto saya berikut ini, warnanya lebih hidup di area Rawa Bento yang hijau.
dokpri |
Demikian beberapa teknik dasar fotografi dan tips menghasilkan foto yang menarik yang kami dapatkan di Kelas Fotografi yang diadakan oleh Secangkir Kopi Bersama (SKB) dengan narasumber/pemandu Bapak Tonny Syiariel. Bagi saya pribadi fotografi penting dalam perjalanan wisata yang saya jalani. Bukankah “no picture=hoax”? Walaupun sebagian orang sudah merasa senang kalau sudah jalan-jalan, cukup punya foto-foto selfie saja. Namun bagi saya, wisata bukan sekedar jalan-jalan biasa. Saya ingin mendokumentasi banyak hal, makhluk hidup dan alam. Manusia dengan kehidupannya, alam dengan kekayaannya.
Sebuah foto adalah sebuah perjalanan, fotolah yang merekam dan mendokumentasikan sebuah perjalanan. Walau hanya selembar foto, tetap merupakan bagian dari perjalanan. “Perjalanan” dalam arti yang luas, bukan hanya sekedar jalan-jalan, tapi “perjalanan kehidupan”.
Ditulis oleh Fatmi Sunarya
16 Januari 2021
Semua foto dalam artikel adalah dokumentasi pribadi/Fatmi Sunarya
Posting Komentar untuk "Sebuah Foto Adalah Sebuah Perjalanan"