Terus Semangat Tuk Buah Hati Tercinta
Warung nasi dan kopi Bu Ety |
Hidup ini terus berjalan tanpa ada yang tahu apa yang terjadi esok. Semua menjadi rahasia Allah swt. Manusia hanya diminta bersabar dan berdoa. Semoga kelak sampai pada tujuan yang indah. Syurga.
Demikianlah gambaran saya mengenai ibu Ety, pemilik warung nasi dan kopi di simpang tiga Handil Kopi. Daerah yang masih belum padat penduduk, dan kiri kanan jalan masih banyak semak hijau.
Kalau mau dibilang sangat ramai pembeli, tentulah tidak sesuai. Apalagi nun di sana dan di lainnya, juga terdapat warung dengan jenis yang sama. Tinggallah nasib dan keberuntungan yang membuat usaha janda satu anak ini bertahan sudah beberapa tahun ini.
Saya termasuk salah satu langganan. Dua atau tiga hari sekali, saya datang mencari pisang gorengnya yang manis dan kriuk. Kebetulan saya kurang suka tahu isi ataupun bakwan. Hanya selingan dua tahu isi untuk anak sulung. Sementara enam atau delapan lainnya pisang goreng. Lalu sebungkus mihun kesukaan saya.
Pisgor dinikmati dengan sambel petis |
Dulu, sebelum musim pandemi covid 19 bisa dibilang saya tak pernah mampir ke warung ini. Alasannya saya kurang berani mendekat karena di dalam warung para bapak sedang sarapan atau ngopi. Entah mengapa saya sangat merasa risih dan takut.
Beberapa bulan terakhir, saya justru rajin datang walau sekedar membeli gorengan atau sebungkus nasi Kuning untuk sarapan di rumah. Nasi Kuning bagi orang Samarinda adalah sarapan khas dan istimewa, apalagi dengan lauk bumbu Bali ikan Haruan atau populer dengan nama ikan Gabus. Dilengkapi serondeng kelapa dan bawang goreng.
Lauk lainnya yang bisa dipilih adalah telur, daging ayam, ati ayam, daging sapi, atau ikan tongkol. Harga mulai dari sepuluh sampai dua puluh lima ribu untuk paket komplit. Tergantung selera dan kantong Anda.
Oya, kalau dipikir-pikir warung Bu Ety mulai tampak berubah dan sepi sejak wabah Covid merebak di masyarakat.
Kalau dulu, setiap pagi saya lewat bersama suami ke tempat kerjanya, di warung ada beberapa bapak yang sarapan sambil ngopi. Belakangan pemandangan itu hilang seiring berkurangnya pekerjaan proyek Jembatan di dekat sini, maupun gojek online/gojol yang dulunya berseliweran mengantar anak sekolah atau wanita pekerja. Sekarang banyak hal berubah dan pekeejaan dikondisikan untuk work from home/wfh. Secara tidak langsung usaha warung Bu Ety ikut merasakan imbasnya.
Tetapi saya merasa salut pada ketegaran dan semangat yang dimiliki wanita berdarah Bugis ini. Ia adalah perantau yang kuat mental.
Sejak sang suami masih di sisi, ibu Ety sudah pula memulai usahanya. Ketika sang belahan jiwa pulang kepada sang Pencipta, ia harus tegar dan membesarkan buah hati tercinta seorang diri. Sungguh hidup adalah sebuah rahasia.
Apakah bu Ety pernah menerima bansos selama adanya pandemi?
Satu dua kali iya, tapi selanjutnya tidak ada lagi. Bantuan yang diterima pun tidak besar. Bisa dibilang ala kadarnya. Lalu bagaimana ibu Ety dan anaknya bisa bertahan dan tetap membayar kontrakan rumah?
Ia bercerita jalannya adalah dengan bersabar dan berdoa.
Hidup sebagai single parent ia harus pandai-pandai menjaga diri. Tidak mudah termakan gombal pelanggan warung kopinya yang serius apalagi yang iseng. Ia lebih memilih fokus mengurus anak semata wayangnya yang saat ini belajar di sebuah pesantren.
Terkadang saat saya sampai di warungnya, Ibu Ety tampak mengantuk dan lesu. Rupanya semalam anak bu Ety sakut panas. Gelagatnya pun sangat manja melebihi bayi. Bu Ety jadi kurang tidur. Apalagi jam dua dini hari sudah bangun mempersiapkan nasi Kuning, nasi Pecel, mihun dan aneka gorengan.
Tadi pagi saya mengunjungi warung bu Ety lagi. Kali ini selain niat membeli pisang goreng dan mihun, saya juga minta izin mengambil gambar. Dengan sumringah ia pun berdoa semoga ini menjadi jalan rezeki baginya.
Aamiin, bu Ety.
Terus semangat yaa, demi buah hati tercinta. Kelak dewasa, ia lah yang akan ganti merawat dan mendoakan bu Ety. Salam.
Ayra Amirah
#secangkirkopibersama
Posting Komentar untuk "Terus Semangat Tuk Buah Hati Tercinta"