Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Warung Kopi Angkringan, Wajah Kesederhanaan dan Kesahajaan Indonesia

Ilustrasi Warung Kopi Angkringan. Sumber: https://gudeg.net/

Hari ini terakhir event penulisan untuk mengisahkan tentang cerita warung kopi. Rasanya akan menyesal jika saya tidak menuliskan kisah ini. 

Walaupun kisah ini, hanya sepintas lalu dan lebih banyak hasil memperluas pikiran saya sendiri, yang sering nongkrong di warung kopi angkringan, setiap kali mudik ke kampung halaman. 

Sebagai orang yang lahir di Tanah Jawa, saya sedikit paham, kehidupan warung kopi angkringan. Karena seringkali setiap mudik ke kampung halaman, selalu saya sempatkan diri untuk nongkrong di warung akngkringan. 

Sayang sekali, tidak ada momen yang sempat saya abadikan, walaupun ingatan-ingatan tentang warung angkringan selalu tersimpan dalam kenangan. 

Mungkin perihal yang sederhana, karena warung kopi angkringan adalah wajah kesederhanaan atau wajah kesahajaan, juga gambaran kehidupan nyata masyarakat kebanyakan. 

Di warung angkringan, kita seringkali mendengar percakapan-percakapan sehari-hari tentang kehidupan yang seringkali kita lewatkan. 

Pernah suatu ketika, di kota Sleman, Yogyakarta. Sebuah angkringan yang kebetulan, sepupu saya sendiri yang kelola. Dalam obrolah warung kopi angkringan, cerita atau kisah sehari-hari kita dengar dengan sangat jelas.

Bagi saya, semua itu sebuah pelajaran berharga dan juga mengingatkan untuk saya pribadi, setelah berbagai pengalaman saya lewati hingga saya hadir seperti sekarang ini. 

Saya paham, orang-orang yang biasanya nongkrong di angkringan, adalah orang-orang kebanyakan, yang kehidupannya mengalir begitu saja, dengan penghasilan yang bisa dibilang, jauh dari berlebih atau mewah. 

Dalam beberapa kesempatan, percakapan-percakapan mengalir, tentang pendapatan hari ini, tentang harga barang yang naik, tentang lalu lintas yang bertambah padat, tentang apa saja, bahkan tidak sedikit juga yang mengobrolkan tentang kondisi bangsa, dalam kacamata sederhana mereka. 

Saya mencoba memahami, kalangan-kalangan mana saja yang seringkali singgah di warung kopi angkringan. Walaupun sepintas lalu, hanya berdasarkan ingatan yang pernah singgah di kepala. 

Pedagang keliling, sales obat dan produk tertentu, tukang kredit, sopir angkot, tukang becak, pekerja bangunan, karyawan toko, karyawan rendahan di perusahaan, adalah sebagian contoh kalangan yang sering datang di warung kopi angkringan. 

Walaupun beberapa kalangan lain juga seringkali datang di angkringan. Namun, bagaimanapun pada umumnya, warung kopi angkringan adalah wajah kesederhanaan, wajah kesahajaan masyarakat Indonesia pada umumnya. 

Obrolan-obrolan warung kopi angkringan, sepertinya memang pengalaman yang sangat penting buat saya, yang hidup di luar Pulau Jawa. 

Ini karena, saya hanya mendapati warung angkringan di kota di Jawa saja, sedangkan di Maluku dan Sulawesi, saya tidak menjumpai warung angkringan. 

Tapi yang saya pahami, warung kopi angkringan adalah, salah satu sumbu perputaran ekonomi di tingkat bawah. Saya melihat bahwa setiap saat perputaran uang terjadi disitu. 

Dengan hanya mengeluarkan uang Rp.5.000,- kita bisa menikmati kopi dan dua buah cemilan gorengan. Murah meriah, bahkan dengan Rp. 3000,- kita sudah bisa sarapan sego kucing. 

Saya melihat dengan kemampuan ekonomi rata-rata orang kebanyakan yang biasa datang di warung kopi angkringan, perputaran uang bisa berlangsung cepat, karena harga yang sangat terjangkau. 

Namun, yang saya pikirkan soal itu adalah, bukan soal berapa besarnya uang yang kita keluarkan untuk sekali ngopi dan makan gorengan di warung kopi angkringan itu. 

Betapa kesederhanaan warung kopi angkringan dengan segala keterbatasannya, memberi sumbangsih yang besar untuk perputaran ekonomi bangsa ini. Menghidupi dan menghidupkan roda ekonomi masyarakat bawah. 

Mungkin ada banyak ratusan bahkan ribuan warung kopi angkringan di Yogya dan di kota-kota di Jawa Tengah, semua itu menggerakan perputaran ekonomi di aras bawah. 

Kesederhanaan itu tidak bisa dipandang sebelah mata, mereka telah menghidupkan perputaran ekonomi bangsa. 

Kesederhanaan dan ketulusan dengan untung yang tidak seberapa, untuk survival kehidupan mereka, namun demikian besar perannya untuk menjaga perputaran ekonomi. 

Negara diuntungkan soal ini, tanpa modal besar dari pemerintah untuk membesarkannya, mereka para pengelola warung kopi angkringan, adalah para pahlawan ekonomi. 

Mungkin tidak berlebihan ungkapan itu, sebab tanpa bantuan pemerintah sekalipun, untuk penguatan modal usaha angkringan mereka, mereka bisa menjadi salah satu tulang punggung perputaran ekonomi di tingkat bawah. 

Semoga wajah kesederhanaan warung kopi angkringan, dapat menjadi inspirasi buat kita semua, bahwa kehidupan terus mengalir. 

Kehidupan bukan untuk dikeluhkan, namun diperjuangkan. Bahwa kehidupan itu untuk berbagi peran, bukan untuk saling menyalahkan. 

Kehidupan adalah saling menguatkan, bukan saling melemahkan dan meniadakan. Sesederhana dan sekecil apapun, setiap orang punya peran untuk kehidupan ini. 

Warung kopi angkringan, mengajarkan bahwa kesederhaanpun memiliki peran dan jasa untuk menguatkan kehidupan. 

Warung kopi angkringan adalah wajah kesederhaan, wajah kesehajaan, wajah Keindonesiaan kita dalam usaha membangun ekonomi kerakyatan. 

Wajah kesederhanaan yang membutuhkan kepedulian pemerintah, membutuhkan kepedulian kita semua.

Demikian...Terima kasih

Mas Han, Manado, 08/01/2021


Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

Posting Komentar untuk "Warung Kopi Angkringan, Wajah Kesederhanaan dan Kesahajaan Indonesia "

DomaiNesia