Puisi: Irama Sesal
Ilustrasi Gitar. Gambar oleh Bruno /Germany dari Pixabay |
Aku benci gitar itu. Iramanya tak lagi indah. Melodinya sumbang. Senar karatan. Semakin lapuk bersama hujan.
Aku membencimu yang masih memegang gitar itu. Engkau tidak bisa sedikit pun memainkannya. Dari dulu hingga hari ini engkau terus membawakannya untukku.
Aku membencimu yang kembali bercerita tentang gitar itu. Dulu melodinya indah. Keenam senarnya mengkilat bak pelita. Benar. Segenap irama itu memesona.
Kita berdua terbuai dalam kesepian di tengah hingar-bingar lirik lagu. Kau menikmati kedekatan, sedangkan aku masih betah engkau di sampingku.
Tapi itu dulu!
Sekarang aku membencimu karena membawakan gitar itu kembali kepadaku. Melodinya sudah tak lagi sama. Dawainya penuh dengan mayor-minor sesal.
Aku enggan kembali memainkannya untukmu, juga untukku. Kita tak lagi sama. Aku tak lagi menikmati lagumu.
Aku lebih ingin engkau bawa pergi gitar itu. Atau, engkau menghadirkan orang lain sebelum kepergian sesalmu.
Curup, 21/03/2021
Posting Komentar untuk "Puisi: Irama Sesal"