Rupanya Ryan Tak Kenapa-Kenapa
Saya sudah lupa hari dan tanggalnya. Tetapi begitu duit hadiah lomba menulis tentang penjaja kopi akhirnya masuk ke rekening, saya langsung mengontak Ryan, menyepakati hari, jam, tempat bertemu keesokan harinya.
Itu adalah lomba menulis yang diadakan blog kolektif secangkirkopibersama.com. Bu Widz Stoops menjadi inisiator sekaligus sponsor lomba. Lomba ini memang bentuk syukurnya atas pertambahan usia. Semoga Bu Widz senantiasa sehat dan limpah rezeki agar terus ada lomba-loma serupa. 😎
Artikel yang saya tulis, "Ryan Kopling, Sudah Susah, Masih Pula Bantu Orang Susah" dipilih sebagai juara pertama. Bukan karena artikel itu lebih baik daripada yang lainnya melainkan karena Ryan Boimau, si penjaja kopi keliling yang kisahnya saya tulis itu lumayan menginspirasi.
Saya janjian bertemu Ryan pukul 11.00 WITA di Taman Tagepe. Saya harus menyerahkan separuh dari total hadiah kepada Ryan. Demikian sudah jadi persyaratan lomba.
Esok akhirnya tiba. Pukul 10 lewat, saya menghubungi Rian via WA, memastikan pertemuan itu jadi. Sekitar 30 menit sebelum pukul 11, belum ada balasan. Tanda terkirim dan terbaca pada pesan saya belum bercentang dua. Ryan tidak sedang online rupanya. Saya meneleponnya. Tidak terangkat. Saya berpikir, mungkin ia sedang kosong paket data dan sedang sibuk melayani pelanggan.
Hujan sesi pagi mereda, namun belum ikhlas istirahat. Ia bersikukuh menjadi gerimis. Ada rasa enggan untuk keluar rumah sebab jalanan di depan sana penuh kubangan. Rasanya lebih nyaman menyusuri sungai pedesaan kala kemarau dibandingkan melintasi jalan raya akses ke kompleks perumahan kami.
Akan tetapi karena khawatir Ryan menunggu lama, saya buru-buru kenakan mantel, mendorong motor ke jalanan, dan berangkat.
... Bersambung.
Posting Komentar untuk "Rupanya Ryan Tak Kenapa-Kenapa"