Berbagi Kisah Pengalaman di Bulan Ramadhan
Sumber foto: etalasebintaro.com |
Ramadhan adalah bulan istimewa. Setiap mukmin menyambutnya dengan rasa bahagia. Ia penuh rahmat dan ampunan Allah swt.
Hidup saya mengalir, dan pengalaman di bulan ramadhan dari tahun ke tahun tidak pernah sama. Mungkin Anda juga yaa, Sahabat Secangkir Kopi Bersama.
Saya ingin sedikit berbagi cerita pengalaman tentang berpuasa di bulan ramadhan. Sekaligus mengenang tentunya hehee...
Di masa muda, saya menjalani ibadah puasa di perantauan. Pergi sholat tarawih di sebuah mesjid dengan berjalan kaki, sendiri. Teman-teman bukan dari kalangan muslim. Pulang dari mesjid, juga sendiri. Sembilan hari dari sebulan itu, berpuasa tanpa sahur karena telat bangun. Maklum tak ada yang membangunkan. Sahur juga sendiri.
Pengalaman sewaktu tinggal di lingkungan pesantren, enam tahun yang lalu, masih terasa hingga hari ini.
Setiap menjelang sahur saya turun ke dapur, membantu dua koki di sana menyiapkan menu makan sahur. Biasanya saya kebagian tugas membuat dadar telur. Tidak banyak, hanya 30 butir telur, sebab masih ada lauk lainnya. Telur dibuatkan bumbu halus atau di-uleg, diberi irisan daun bawang dan cabe. Lalu saya juga membuat teh panas satu termos isi 10 liter.
Saya bersama dua anak perempuan saya yang masih kecil, sahur bersama para santri yang berjumlah lebih dari dua ratus orang.
Pengalaman lainnya, sahur tanpa Abah (panggilan seperti bapak) karena Abah bekerja di luar kota. Abah baru akan pulang seminggu sekali. Ternyata apapun menu yang disiapkan, tidak terasa istimewa tanpa kehadiran Abah di tengah-tengah kami. Sekalipun saat berbuka puasa, Abah selalu mengirim ucapan selamat berbuka, tetap saja hati kami merasa sepi. Hal ini terulang lagi lima tahun kemudian. Abah mendapat posisi kerja di luar kota lagi. Tapi kami harus melewatinya dengan sabar. Waktu bersama Abah, menjadi saat-saat yang sangat berharga. Hmm, jadi terharu.
Pernah pula saat kami sekeluarga pulang ke kampung halaman suami, bergantian karena sudah cukup lama berada di kampung saya dan orang tua. Sesuai rencana, saya ingin melahirkan anak ketiga di rumah mertua. Ini sekaligus merupakan kesempatan berharga mempertemukan anak-anak dengan kakek dan indoknya.
Saat itu, saya memberikan ASI selama dua tahun kepada si bungsu, persis sama dengan dua kakaknya. Tanpa saya sangka, kepada si sulung yang baru 9 tahun, ibu mertua bertanya: apakah mamamu tidak pernah puasa ramadhan?
Hancur hati saya mendengar cerita si sulung. Ternyata ibu mertua menyangka saya sama saja dengan orang lain yang biasa mereka temukan, tidak berpuasa ramadhan untuk alasan yang dibuat-buat.
Kejadian ini membuat saya miris. Karena al quran surat al Baqarah: 183 juga mengungkapkan bahwa hanya orang beriman-lah yang akan melaksanakan ibadah puasa. Sementara kenyataannya, cukup banyak orang yang meninggalkan rukun Islam ini tanpa alasan yang dibenarkan syar'i.
Sahabat Secangkir Kopi Bersama, terhitung saya sudah melewati total 6 tahun masa menyusui untuk ketiga anak saya. Dan di masa menyusui saya tidak memaksakan diri untuk berpuasa karena paham dengan keadaan diri sendiri. Pernah mencoba melaksanakan berpuasa, tapi belum sampai waktu magrib, saya terpaksa membatalkan puasa. Jadi sebenarnya sama sekali bukan karena tidak merasa terpanggil untuk beribadah, yaa.
Tentang hal ini, perlahan saya sampaikan dalam obrolan ringan dengan ibu mertua. Pada dasarnya niat beliau baik. Bahkan ibu mertua pernah bertanya langsung, apakah saya mendirikan sholat?
Saya menjawab, "Iya Mak, kalau bayiku tidur, saya langsung sholat di dekat ayunannya. Saya pun mengaji, biarpun hanya satu halaman."
Sahabat SKB, masih ada pengalaman lain di bulan ramadhan bersama ibu tercinta. Tapi sepertinya cerita ini sudah terlalu panjang, yaa.
Saya akhiri saja dulu, semoga dapat berbagi dalam kesempatan yang lain.
Selamat menjalankan ibadah ramadhan, semoga Allah ridho dan menerima ibadah serta doa-doa baik kita. Aamiin.
Posting Komentar untuk "Berbagi Kisah Pengalaman di Bulan Ramadhan"