Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Biar Otak Tetap Bugar, Amalkan 3 Wirid Lahiriah Ini

 

Ilustrasi: unsplash.com

 

Hari pertama kelar. Puasa hari pertama terlewati. Tanpa terasa, Lebaran sebentar lagi. Tinggal sehari lebih. Lebihnya bisa 27 atau 28 hari.

Bagi segelintir insan, langkah pertama kerap terasa berat. Berpuasa juga begitu. Sukses pada hari pertama biasanya akan diikuti keberhasilan pada hari-hari selanjutnya. Hari pertama lancar, hari berikutnya aman sentosa.

Seorang kuli seperti saya mesti menjaga kebugaran tubuh sepanjang berpuasa. Aktivitas tidak boleh berhenti. Produktivitas mesti terjaga. Target 30 halaman novel harus terpenuhi. Begitu juga dengan cita-cita menulis 4 artikel tiap hari. Tiga untuk Kompasiana, satu untuk SKB.

Kuli laptop, bukan kuli tinta karena saya tidak pakai tinta, jangan anggap remeh. Kekuatan tulang belakang harus fit agar punggung tahan banting. Tulang ekor mesti bugar agar tahan duduk. Stamina otak wajib segar agar tahan peras. Puasa bukan halangan untuk tetap menulis, bukan?

Supaya pahala saya bertambah, saya ingin membagikan sedekah. Kawan penulis yang ingin selalu fit, segar, dan bugar bisa memanfaatkan sedekah saya. Adapun sedekah yang saya maksud adalah amalan berupa wirid lahiriah selama berpuasa.

Namanya juga wirid lahiriah, pelakunya bukan lidah dan butir-butir tasbih. Pelakunya ialah tubuh. Bisa juga disebut raga atau jasmani. Ingat, ya, jas dan mani mesti terangkai. Kalau dipisah nanti disangka "mani yang memakai jas". Oh, garing. Maafkan.

Wirid pertama: sahur setepatnya. Kalau kamu penulis dan ingin bugar sepanjang hari sekalipun berpuasa, jangan sampai tidak ikutan makan sahur. Bahaya. Memang ada oknum yang mengira “lapar adalah jalan lapang menuju tulisan yang bernas”, tetapi hal itu tidak sepenuhnya benar.

Mengapa demikian? Jika sahur terlewatkan, otak akan dirayu perut lewat lagu keroncong. Mula-mula otak memikirkan kerangka cerita, lama-lama otak memikirkan usus yang berasa dipelintir. Pilihlah waktu sahur yang pas. Tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat.

Wirid kedua: minum seperlunya. Perut penulis bukan galon. Mentang-mentang takut haus, lalu bersiap-siap memerangi haus seharian dengan meminum air sebanyak mungkin. Boro-boro konsentrasi penuh memikirkan tulisan, bisa-bisa bolak-balik ke jamban untuk menguras isi kantong kemih.

Kalaupun butuh minuman yang manis, jangan kebanyakan. Minum teh yang terlalu manis ketika usai sahur kadang merangsang haus untuk menggerayangi tenggorokan. Ini bukan hasil riset yang validitas datanya menyakinkan, melainkan endapan pengalaman belaka.

Wirid ketiga: tidur secukupnya. Mata penulis bukan mata ketiga. Hanya mata biasa. Butuh pejam, butuh tidur. Apalagi tidur semasa berpuasa terhitung ibadah. Meski begitu, terlalu banyak tidur dapat menyebabkan waktu terbuang sia-sia. Jadi, tidurlah secukupnya.

Kurang tidur bisa mengundang gairah kantuk, terlalu banyak tidur bisa merangsang pening. Akan berbeda apabila rebahan sambil mengetik di gawai. Itu kebiasaan saya selama tiga bulan ini. O ya, tidak usah ditiru kalau kesehatan kamu dalam kondisi prima.

Itulah tiga wirid lahiriah yang telah saya terapkan pada hari pertama Ramadan tahun ini, juga Ramadan pada tahun-tahun sebelumnya. Tulisan ini adalah artikel keempat yang tuntas-tas-tas pada hari ini. Jadi, ini bukan trik omong kosong atau bualan saya.

Selamat mencoba, selamat menulis. [kp]

 

Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

Posting Komentar untuk "Biar Otak Tetap Bugar, Amalkan 3 Wirid Lahiriah Ini"

DomaiNesia