Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Bab 13. Dendam Masa Kecil di Bumi Turatea

source: travellingyuk.com


Cerita Sebelumnya >>>

Kylian terbangun dari tidurnya. Tidak nyenyak, tapi cukup untuk memulihkan hatinya yang sesak. Hal pertama yang ia lakukan adalah mencairkan pikirannya dari rencana-rencana yang sudah banyak tersusun.

Luka di perutnya bukanlah kekhwatiran. Tusukan badik Segara memang berhasil menembus perut sebelah kanan, tetapi itu hanya beberapa senti saja.

Segara tidak serius, jika iya, maka ia tidak akan berada di sini. Kylian juga yakin pesannya diterima Segara. Momen singkat Ketika ia melonggarkan kuncian pada lengan Segara.

Craen Mark terkecoh! Ia telah menanti pertunjukan Gladiator maut tersaji dihadapannya. Ia yakin jika Kylian sudah berhasil ia beli. Ia juga percaya bahwa Kylian akan dengan mudah menghabisi Segara.

Jelas Segara bukan tandingan mantan Hasahsin ini. Ia tumbuh berkembang dalam situasi yang keras. Afghanistan adalah lahan subur bagi petarung untuk membuktikan diri.

Tidak mati di sana, bukan hanya soal keberuntungan saja. Kelihaian bela diri dan insting hewani akan melahirkan petarung-petarung tangguh, semacam Kylian. 

Segara? Ia hanya anak ingusan yang dipenuhi rasa dendam. Ilmu silat yang ia pelajari ke seluruh negeri hanyalah pertunjukan tari di hadapan pembunuh bayaran sekelas Kylian.

Tapi, Craen Mark lupa! Insting tajamnya dalam penilaian telah melupakan satu hal penting. Alasan Kylian berjihad ke Afhganistan bukanlah masalah ideologi atau fanatisme.

**

Kylian adalah seorang pria yang cinta damai. Hatinya lembut bak domba. Sifatnya yang suka menolong, membuat ia tampak lemah. Tapi, sebenarnya itu hanyalah perimbangan.

Kylian menyanyangi ibunya, tapi bukan ayahnya. Namun, ia juga tidak membenci ayahnya. Ia hanya tidak memiliki banyak kesempatan untuk lebih banyak mengasihi sang ayah.

Ayah Kylian Bernama Daeng Sewang. Di Bumi Turatea, ia adalah guru silat terkenal. Karaeng Marradia yang tiada lain adalah Craen Mark adalah salah satu muridnya. Daeng Sewang adalah seorang pria yang memiliki prinsip yang keras.

Adat Turatea adalah jalan hidupnya. Ia jauh dari kesan paemosiang (gampang tersulut emosi), dan sangat menghargai kesetaraan humanis. Tidak membedakan manusia dari stratanya.

Namun, tidak bagi Kylian yang nama sebenarnya adalah Kamaluddin. Ayahnya selalu keras padanya. Bagi Daeng Sewang, Kamaluddin harus tumbuh besar sebagai lelaki yang kuat. Ia selalu memaksa anak-anaknya untuk belajar silat.

Silat sebenarnya bukanlah prioritas Kamaluddin. Ia lebih memilih sastra dan seni budaya. Ammaca Kittak dan Pakacapi adalah jiwanya. Menjadi seorang Pabichara (tokoh adat) adalah tujuannya.

Hingga suatu hari, dalam sebuah pertandingan eksibisi di kampung. Karaeng Marradia emosi. Ia yang merasa tak terkalahkan, harus terjungkal malu dengan sebuah tendangan yang dilayangkan Safaruddin, putra Daeng Sewang yang juga kakak Kamaluddin.

Karaeng Marradia yang paemosiang kemudian menuduh gurunya pilih kasih. Tendangan yang ia terima dari Safaruddin disebut sebagai jurus rahasia yang tak pernah diajarkan padanya.

Daeng Sewang tidak marah. Ia hanya memberikan sebuah nasehat. “Seorang pendekar hebat akan mendapatkan kesaktian dari sifatnya yang luhur. Cara yang terbaik adalah dengan menembus bahaya atas nama kemanusiaan.”

Kamaluddin ada di sana pada saat ayahnya menasehati Karaeng Marradia. Hingga kini nasehat tersebut masih terngiang-ngiang di benaknya. Apalagi, nasehat yang tidak ditujukan langsung kepadanya itu ternyata adalah nasehat terakhir dari mulut sang ayah.

Semuanya berubah Ketika tragedi itu datang menghampiri. Ayahnya meninggal, demikian pula Saparuddin, kakaknya. Konon diracuni, tapi tidak ada pengusutan lanjutan. Warga desa yang tahu kejadian, dengan mudah menuduh Karaeng Marradia sebagai biang keroknya. Demikian pula dugaan Kamaluddin.

Tapi, tidak ada yang berani. Keluarga Karaeng Marradia terlalu berpengaruh. Akhirnya kejadian heboh tersebut teredam sendiri seiring angin yang datang mengusik sepi.

“Seorang pendekar hebat akan mendapatkan kesaktian dari sifatnya yang luhur. Cara yang terbaik adalah dengan menembus bahaya atas nama kemanusiaan.” Pesan terakhir Daeng Sewang kini sudah ditujukan kepada Kamaluddin.

Pabichara bukan lagi tujuannya, balas dendam adalah utamanya.

Kamaluddin pun akhirnya memilih berjihad ke Afghanistan. Karena baginya, di sanalah sesunguhnya “kemanusiaan” itu berada. 

**

Segara jelas bukan tandingan Kylian. Andaikan Kylian serius, Segara akan dengan mudah dilumpuhkannya. Untuk yang satu ini, Craen Mark benar. Kylian tidaklah sungguh-sungguh.

Segara memiliki pengalaman yang cukup dalam bertarung. Ia tahu yang mana lawan yang serius membunuh, dan yang mana yang hanya menunggu. Ketika Kylian bertarung dengannya, ingatan Segara Kembali ke masa kecilnya di Jeneponto.

Di sana ia berteman dengan Kamaluddin, seorang anak yang terpaut dua tahun lebih tua dari dirinya. Ia sering bermain-main adu silat dengan Kamaluddin. Tentu saja Kamaluddin-lah yang selalu menang.

Badannya lebih besar dan juga lebih berpengalaman. Cara Kamaluddin meloloskan Segara saat sudah terdesak adalah dengan; menyelipkan tangan ke belakang pinggangnya.

**

Kisah berlanjut di benak masing-masing. Segara memutar ulang memorinya. Ia mengenal K dari Karaeng Matterangi, pamannya. Benang merahnya ada di sana. Kylian adalah Kamaluddin, bagian dari masa lalu Segara.

Tapi, kenapa ia hadir?

Segara tidak mengetahui kisah pilu Kylian. Bahwa pembunuh ayahnya adalah orang yang sama dengan pembunuh ayah Kylian. Menerima tawaran Segara untuk membunuh Craen Mark bukanlah masalah harta. Kylian sebenarnya telah menyimpan sebuah rencana besar. Rencana yang tidak bisa ia jalankan sendiri tanpa bantuan Segara.

Segara memang menyimpan dendam. Akan tetapi, dendam Kylian lebih besar lagi. Rencananya harus berhasil dijalankan. Menjadi akhir yang tragis bagi pembunuh ayahnya.

Cara apa pun akan ia tempuh, bahkan jika sampai harus mengorbankan nyawa Segara Ananda Marradia dan Flora Aura Bunga. (Rudy Gunawan).

**

*Cerita ini fiktif belaka. Kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata. Selanjutnya, Bab 14, akan digubah oleh Lesterina Purba.

 

Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

Posting Komentar untuk "Bab 13. Dendam Masa Kecil di Bumi Turatea"

DomaiNesia