Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ciko dan Coko

sumber gambar

https://id.zoo-club.org/534-fox-fox.html

Di sebuah hutan tinggallah keluarga rubah. Rubah Ropo dan Ropi sepasang suami- istri memiliki anak kembar bernama Ciko dan Coko. Walaupun kembar mereka sangat berbeda. Ciko rubah yang penurut dan rajin sedangkan Coko  seekor rubah pemalas. Dia jarang mendengarkan nasihat Mama Ropi. Selalu melawan sang mama.

"Coko, Mama minta tolong, ambilkan air ya, Mama mau masak," Mama Ripo menyuruh Coko yang sedang malas-malasan di kasur. Sampai berulang kali Mama Ripo memanggil, Coko tidak muncul. Akhirnya Mama Ripo pergi ke kamar Coko dan menyiram dengan segelas air. Coko kaget dan langsung terbangun sambil mengucak mata.

Mama Ripo terus mengomel sehingga Coko bangun dan pergi mengambil air. Dia terpaksa mengerjakan tugas dari Mama Ripo mengambil air di sungai tidak jauh dari rumah mereka.
Coko memang sangat pemalas sampai di sungai masih sempat melamun sehingga tergelincir. Hampir saja kendi tempat air pecah.

Sedangkan Ciko pergi mencari kayu bakar ke hutan bersama Papa  Ropo sambil mencari makanan. Ciko sangat cekatan. Sebelum matahari terbit dia sudah bangun. Dia langsung mengerjakan tugas membersihkan rumah.

Papa Ropo  sudah mulai tua dan sakit-sakitan. Tetapi dia harus tetap bekerja demi anak-anaknya Ciko dan Coko.

Sebenarnya tadi pagi Papa Ropo mengajak Coko agar bersama-sama mencari kayu bakar dan makanan di hutan. Coko hanya menggeliat pura-pura bangun setelah Papa Ropo dan Ciko pergi dia melanjutkan tidur lagi.

Akhirnya mereka pergi berdua ke hutan. Perjalanan lumayan jauh dari rumah. Tiba di hutan Ciko sangat cekatan. Papa Ropo mengajarinya cara menangkap mangsa. Tak berapa lama mangsa pun datang. Mereka sudah mengintai dari jauh. Coko segera mengambil ancang-ancang. Tiba-tiba hup mangsa pun langsung jatuh ke tangan Ciko. Dia hebat dan berani. Papa Ropo sangat bangga padanya.

Setelah mereka selesai mencari makanan di hutan kemudian pulang tidak lupa memungut kayu kering yang berserakan di hutan.

Tiba di rumah, Mama Ropi sudah menunggu. Ciko menyerahkan hasil berburu tadi ke Mama Ropi. Dan kayu bakar di tata rapi di dapur.

"Papa kenapa tidak mengajak aku ke hutan," ujar Coko tanpa merasa bersalah.


"Papa sudah membangunkan kamu, tapi masih tidur juga." Ujar Papa Ropo sambil memandang Coko yang masih kucel karena belum mandi dari pagi.

"Tapi kan Coko ingin ikut Pa, " ujarnya lagi.

"Berburu ke hutan tidak bisa berangkat siang keburu mereka pada pergi."

****
Suatu hari pagi-pagi seperti biasa Ciko mau berangkat ke hutan. Dia menunggu Papa Ropo agar berangkat kerja. Tetapi Papa Ropo terserang penyakit langka. Mama Ropi sudah memanggil tabib agar memeriksa kondisi Papa Ropo.

Tabib mengatakan mereka harus pergi mencari buah nangka berwarna emas yang terdapat di hutan Makarino. Hutan itu jarang dilalui binatang. Bila dalam dua minggu tidak mendapatkan buah nangka berwarna emas Papa Ropo segera meninggal.
Ciko sangat menyayangi Papa Ropo, dia bersedia pergi ke hutan walaupun banyak rintangan nanti dia hadapi. Berbekal makanan di tas sandang mereka. Dan tidak lupa membawa belati kecil. Berjaga-jaga apabila bertemu dengan si raja hutan. Lain halnya dengan Coko. Jika tidak karena syarat tabib agar mereka berdua harus menemukan nangka emas, dia lebih baik di rumah. Bisa tidur-tiduran sambil memeluk gulingnya.

Di perjalanan menuju hutan Makarino, Coko selalu mengeluh. Yang kakinya pegal, rasa lapar dan membuat badannya lemas tidak kuat memanjat pohon nangka. Dengan berbagai banyak alasan sehingga dia tidak ikut memanjat pohon nangka.

 
"Ciko, kakiku sudah sakit, aku tunggu di sini saja ya, kamu saja yang memanjat pohon nangkanya. Mudah-mudahan segera mendapatkan buah nangka emas. " Coko sambil meringis menahan sakit, seolah-olah badannya sakit semua.


"Ya sudah, hati-hati ada raja hutan yang selalu mengintai," Ciko mengingatkan Coko agar selalu waspada.


"Tenang saja Ciko, aku bisa mengurus diriku,"Coko tetap angkuh merasa dia sudah hebat.

Ciko dengan tangkasnya memanjat pohon nangka yang tinggi, buah nangka emas ada di ranting paling ujung. Dahannya sangat tinggi, tapi Ciko sudah biasa menghadapi bahaya. Ciko sering berburu bersama Papa Ropo. Membuat badannya menjadi kuat dan kokoh. Dengan penuh hati-hati berpegangan pada dahan yang kuat, mengambil buah nangka emas. Hampir saja pegangannya lepas karena dia memegang ranting yang rapuh.

Setelah Ciko berhasil mengambil buah nangka emas. Dia menaruhnya di dalam tas yang berada di punggungnya. Pelan-pelan dia turun. Setelah sampai di bawah, Ciko melihat Coko sedang bertarung dengan raja hutan. Raja hutan atau singa sudah mengintai Coko dari jauh. Coko tertidur sepeninggal Ciko memanjat pohon nangka.

Coko sudah lemas dan tidak berdaya ketika Ciko datang. Ciko yang tangguh menyerang raja hutan. Dia mengambil senjata pamungkasnya berupa belati tiup.

Raja hutan tidak bisa mengelak, belati tiup kena di jantungnya dan akhirnya dia mati.

Ciko membantu Coko berjalan meninggalkan hutan Makarino. Coko mengucapkan banyak terima kasih kepada Ciko dan berjanji tidak akan malas lagi. Rasa malas membawa dia ke mara bahaya.

Tak berapa lama mereka sudah sampai di rumah. Buah nangka emas segera diolah Mama Ropi menjadi ramuan obat untuk sang Papa Ropo. Setelah minum ramuan obat, Papa Ropo berangsur-angsur pulih. Dia sangat bangga dengan anak-anaknya. Baik Ciko maupun Coko. Papa Ropo bersyukur, Coko meminta maaf atas kelakuannya selama ini. Coko berjanji  rajin bekerja dan siap selalu membantu Papa Ropo dan Mama Ropi. Agar Coko seperti Ciko, kuat dan tangguh.

Bekasi, 05082021

Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

Posting Komentar untuk "Ciko dan Coko"

DomaiNesia