Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Bab 21: Flora, Craen Mark, dan Sisi Rahasia

Ilustrasi: wallpaperbetter.com


Sebelumnya
.

Bab 21: Flora, Craen Mark, dan Sisi Rahasia

Ruangan kosong berukuran 10x10 meter cukup luas untuk beraktivitas. Dengan atap langit-langit yang meninggi lima meteran, rasanya akan membuat gema ke seluruh ruangan. Jika saja dinding-dindingnya tidak diberi peredam, suara teriakan Flora akan sampai di ruangan lainnya di rumah tersebut.

Gantungan sasak berada di sudut kanan ruangan. Tegak kokoh, meski beribu kali menerima tendangan. Keringat mengucur deras membasahi tubuh Flora. Nafas yang terengah, tak menyurutkan semangat untuk terus berlatih.

Setelah Flora divonis Meningioma pada saat itu, Craen Mark sangat protektif. Craen Mark mencari dokter yang terbaik di Jerman untuk pengobatan Flora. Berapapun biaya yang akan dikeluarkan demi kesembuhan Flora.  

Segala hal yang berhubungan dengan Flora, segera ditutup rapat. Selama sakit, tidak ada akses yang bisa menjamah Flora, termasuk Avere sahabatnya. Craen tidak main-main untuk masalah ini. Anak semata wayangnya yang terlahir dari Karmila, mirip permata yang berharga mahal yang harus dijaga. Flora gadis bermata hijau itu mirip mata milik Karmila mamanya.

Karmila yang dulu terkoyak kesuciannya oleh Bayu Segara membuat sakit hati Craen. Dendam yang membara terus berkobar, meski sudah berhasil memenggal kepala orang yang dibencinya tersebut. 

Craen yang menahan rasa selama ini ketika bersama Karmila untuk tidak menyentuhnya sama sekali. Bayangkan, selama lima tahun Craen mampu bertahan. Hal ini dilakukan demi Penjaga Api Suci Vesta miliknya. Tiba-tiba koyak oleh sahabatnya sendiri, Bayu Segara 

Meski marah, tetapi Craen tetap mencintai Karmila dan menerima Karmila sebagai istrinya. Selama lima tahun bersama, tentu saja timbul benih-benih cinta. Sesuatu yang mustahil baginya sebagai sosok Craen Mark yang keras.

Hatinya yang keras bagai batu, luluh oleh kemolekan dan kelembutan Karmila. Craen berpikir, mengapa harus meyerahkan Karmila pada Bayu Segara? Bukankah Karmila adalah miliknya? Istri yang dinikahinya?

Beruntung ketika kesucian itu terkoyak, tidak membuahkan benih pada rahim Karmila. Bayu Segara tidak mampu menitipkan benihnya pada Karmila. 

Pada saat itu Karmila sembunyi-sembunyi ketika ingin bercumbu dengan Bayu Segara, yang telah memberikan pengalaman pertama yang membuat takjub dirinya sebagai seorang perempuan. Karmila melakukannya tanpa sepengetahuan Craen Mark.

Tetapi itu tak lama, kejadian itu terendus. Craen Mark marah besar pada Bayu Segara.

Kepalang tanggung, akhirnya Craen menyentuh Karmila untuk pertama kalinya. Betapa bahagia Karmila, akhirnya Craen mau menyentuhnya. Karmila menyangka bahwa akhirnya Craen memiliki rasa cinta. Terlihat dari begitu tulusnya Craen ketika menyentuhnya. 

Percumbuan itu berlangsung di tengah malam, ketika angin menyusup di sela jendela kamar Karmila lantai atas. Craen mengetuk pintu kamar Karmila. Rasa bersalah Karmila atas perselingkuhannya dengan Bayu Segara, membuatnya takut bertemu Craen. Meskipun Karmila tidak tahu, bahwa sebenarnya Craen telah mengetahui pertemuan dan percumbuan Karmila bersama Bayu Segara.

Karmila kaget ketika ada suara ketukan di kamarnya.

"Karmila, ini aku Craen. Bukalah pintunya."

"Craen?" Tanya batin Karmila dengan ketakutan. Karmila membuka pintu selebar sepuluh centi sambil melongokkan wajahnya di sela-sela pintu, sambil memandang keheranan atas kehadiran Craen di kamarnya.

"Ada apa? Tidak biasanya kau masuk kamarku. Ada yang bisa dibantu, Craen?"

"Bukalah, biarkan aku masuk."

Karmila membuka pintu mempersilakan Craen duduk di sofa, samping tempat tidur di kamar Karmila yang besar dan mewah.

"Kemarilah, Karmila."

Dengan langkah takut Karmila mendekat pada Craen.

"Mengapa wajahmu ketakutan? Bukankah aku suamimu?"

"Tapi, Craen... tidak biasanya kau seperti ini."

Hembusan nafas Craen demikian dekat pada wajah Karmila. Kemudian bibir Craen menyentuh bibir Karmila dengan rakus. Selanjutnya tidak ada suara, kecuali erangan dan lenguhan pelan keduanya. Asmara membara melanda keduanya hingga mencapai puncak cinta. 

"Aku mencintaimu, Karmila," suara Craen lembut tepat di telinga Karmila. 

"Aku juga mencintaimu, Craen. Tapi mengapa baru sekarang kau melakukan ini padaku? Apakah selama ini aku tak pantas untukmu, sehingga aku tak pernah kau jamah?" 

Craen hanya diam, sambil membenamkan wajahnya di sela ketiak Karmila yang berbau wangi. Craen seakan enggan meninggalkan kamar Karmila malam itu. 

"Mengapa aku bodoh selama ini? Karmila demikian cantik, mengapa aku sia-siakan?" Batin Craen.

Tetapi Craen Mark tetaplah seorang yang keras hati demi cita-citanya menjadi kaya. Meskipun cintanya pada Karmila demikian membara, Karmila tetaplah menghuni di kamarnya sendiri. Sedangkan Craen di kamar lain, di rumah yang sama. Hanya ketika butuh, Craen datang ke kamar Karmila.

Karmila hamil. Betapa bahagianya Craen. Untuk pertama kalinya Craen akan menjadi seorang ayah dari janin yang ada di rahim Karmila. 

Bayu Segara mengira bahwa janin yang ada di rahim Karmila adalah buah hati benih darinya. Kemudian Bayu menceritakan pada Segara bahwa ia akan memiliki adik. Meskipun Segara tidak begitu mengerti akan cerita ayahnya, tetapi ketika besar, nalarnya mulai meruntutnya.

"Flora bukan anak Craen Mark, melainkan anak ayahku," begitu batinnya. Hal ini pernah diungkapkan pada Flora, ketika tahu bahwa ayahnya ternyata Craen Mark yang telah membunuh ayahnya di depan mata kepalanya. Waktu itu Segara baru berumur sepuluh tahun. Dendam membara pada sosok Craen begitu besar, sehingga aroma balas dendam memenuhi dada Segara.

***

Dua bulan lalu, Flora masih tergeletak di tempat tidur. Setelah pengobatan sakit Meningioma yang dilakoninya selama enam bulan masa pemulihan. Dua bulan kemudian ia sudah mampu berdiri tegak dan sehat. Hanya perlu dilatih kembali agar badannya semakin sehat.

Memang Craen Mark memanjakan Flora sejak kecil. Secara materi, segala apa keinginannya terpenuhi. Kekayaan yang melimpah, mobil termewah, baju-baju bermerek, resto termahal pernah disambanginya. 

Tetapi, Craen Mark juga mendidik Flora dengan keras. Diajarinya ilmu beladiri. Semenjak ia berumur lima tahun sudah diperkenalkan berbagai ilmu beladiri yang dimilikinya. 

Ada satu rahasia yang tidak diketahui orang lain selain Flora dan Craen Mark ayahnya. Sengaja. Ini semacam senjata pamungkas jika diperlukan.

Flora fasih memegang pedang dan senjata api, tanpa diketahui orang lain. Mereka mengenal Flora adalah gadis manja yang lemah, yang butuh perlindungan. 

Nyonya Laura tadi telah menyiapkan jus jeruk dan setangkap roti sandwich untuk menemaninya berlatih. Satu-satunya orang yang tahu segalanya tentang Flora sekaligus dianggap ibu olehnya. Pengasuh Flora sejak masih bayi. Setia dan tidak mungkin mengkhianati Craen Mark juga Flora.

"Ini kesalahanku, tetapi aku tak mau terperdaya lagi," batin Flora. Entahlah, pikiran Flora tentang Segara melayang jauh. Lelaki yang dicintainya sekaligus dibencinya. Lelaki pertama yang menjadikan dirinya merasakan kesejatian perempuan, dengan memberikan hal berharga miliknya.

Suatu tendangan keras disertai teriakan memecah kesunyian ruangan. 

"Chiaaat... ini untuk Segara!"

Tendangan keras kembali menggasak sasak yang tak pernah mengeluh. 

"Chiaaat... ini untukmu Kylian, yang sengaja akan membunuhku. Kau kira aku lemah, hah! Salah! Aku gadis kuat! Kalian semua lelaki yang tak tahu diuntung! Keparat kalian. Rasakan! Rasakan! Haaak...!" Teriaknya memecah kesunyian di ruangan rahasia milik Flora di Mansion Fiene.


~Wahyu Sapta~


==Bersambung==

**Cerita ini hanya fiksi. Nama tokoh, tempat dan peristiwa merupakan rekaan semata.

**Bab 22 akan digubah oleh Miguel Dharmadjie.


==> Selanjutnya==>

Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

Posting Komentar untuk "Bab 21: Flora, Craen Mark, dan Sisi Rahasia"

DomaiNesia