Aku Abadi Bersamamu
Seperti biasa, tak pernah bosan aku mendatangi tempat ini. Tempat dimana dahulu kita pernah berdiri.
Di sini, di atas trotoar jalanan ini dulu kita pernah berdiri, sebelum akhirnya kuputuskan mengajakmu untuk duduk di bangku taman itu.
"Terimakasih sudah mengajakku ke tempat ini,"
Engkau berkata sambil menatap jalanan panjang dan penuh liku di sebelah trotoar jalan ini.
Lihatlah tempat ini. Tempat yang membuatku selalu mampu untuk sejenak melupakan sedikit kepenatan hidupku.
Di pinggir jalanan yang saat ini terlihat lebih sepi dari yang sebelumnya, Bangku taman yang terletak di bawah pohon itu kulihat masih sama seperti dulu.
Di atas bangku taman itu dulu engkau pernah merebahkan kepalamu di pundakku.
Angin bertiup pelan, menggugurkan dedaunan. Daun-daun yang berguguran tertiup angin itu kulihat masih sama dengan daun-daun yang dahulu jatuh di dekat kakimu.
- Misteri Kebaya Merah Muda (Bagian Empat)
- Semprul dan Diskusi Hangat Tentang“Saya Muslim dan Sebagai Seorang Muslim, Bolehkah Saya Memberi Ucapan “Selamat Merayakan Natal?”(2)
- Semprul dan Diskusi Hangat Tentang“Saya Muslim dan Sebagai Seorang Muslim, Bolehkah Saya Memberi Ucapan “Selamat Merayakan Natal?” (1)
Aku ingat, saat itu engkau terlihat jengah dengan angin yang tengah mempermainkan hijab yang menjadi penutup auratmu.
Semuanya terlihat masih sama seperti dulu, tidak ada yang berubah sedikitpun dari semenjak terakhir kita meninggalkan bangku taman di trotoar jalanan itu.
Begitupun aku, semua tentangmu abadi di ruang waktu bersama imajinasiku yang tak pernah lekang di makan waktu
Apakah engkau juga masih begitu?
Catatan:
Baca juga Bersamamu Aku Abadi yang di buat oleh ADSN1919. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan lain sebagainya itu adalah kebetulan semata.
Posting Komentar untuk "Aku Abadi Bersamamu"