Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Kisahku sebagai Minoritas di Sekolah Beda Agama


Picture by Channnsy Pexel

Bersekolah di tempat berbeda agama bukan cita – cita dan harapan yang terlintas sama sekali. 

Karena orang tua terutama Ibuku menginginkan kami bertiga bersekolah di Yayasan Karmel yaitu yayasan yang menaugi sekolah beragama  Katholik. Sederhana saja alasan Ibuku saat ku tanya, Kenapa harus sekolah ditempat beda agama ? Jawab beliau karena pendidikan yang ditawarkan lebih disiplin dan guru – gurunya disiplin biar kamu juga ikut disiplin, seperti itu sih jawabannya. 

Alasan kuat berikutnya ibuku dan saudaranya yang lain alumni murid Yayasan Karmel

Sebetulnya waktu itu juga sedikit protes namun apalah artinya protes anak yang baru lulus sekolah dasar yang masih minim pengalaman dan masih banyak inervensi saat menentukan sekolah mana yang baik bagi kita 

Saat ditanya teman – teman sekelas mau melanjutkan kemana, dan aku menjawab melanjutkan sekolah di Yayasan Katholik banyak temen – teman yang merespon jangan mau kalo disekolahkan di Yayasan Katholik.

Sekolah di Yayasan Katholik bagi aku yang beragama Islam bukan perkara mudah diawal karena mesti harus ikut menyesuaikan dengan peraturan yang diterapkan. 

Waktu itu saya masih duduk dibangku SMP dan ada 3 orang beragama muslim dalam satu kelas. 

Dalam pelajaran umum memang sekolah tempat saya belajar bisa dikatakan memiliki program lebih dibanding sekolah umum yang lain karena standart kurikulumnya lebih tinggi dibanding sekolah pada umumnya 

Apalagi sekolah tempatku ini tergolong tidak terlalu banyak siswanya dan dikelaspun duduknya sendiri – sendiri.

Untuk pembayaran SPP disekolahku ini tiap siswa tidak sama berdasarkan kemampuan orang tua, dan mayoritas banyak yang berasal dari keluarga mampu meskipun muridnya sedikit sekolah ini tetap bisa berjalan 

Diawal murid baru banyak mengalami kesulitan sih menyesuaikan karena banyak materi pelajaran yang tidak aku mengerti. 

Bergaul dengan agama lain memang banyak hal – hal yang perlu dijaga, mungkin ini tidak seperti yang dibayangkan mereka juga sangat menjaga toleransi dalam beragama, memberikan layanan pelajaran agama Islam pada jadwal yang sama yaitu saat siswa lainnya belajar Agama Katholik.

Namun juga memberikan kesempatan untuk belajar Agama Katholik juga jika memang ingin tahu, jadi yah pernah juga sihh aku ikut pelajaran Agama Katholik hanya mengobati rasa penasaran saja sihh alhasih jadi hafal doa Bunda Maria dan Bapa di Surga hihi

Namanya beda agama pastinya ada saja pertanyaan selidik yang ditanyakan semisal demikian

Ada juga yang bertanya kenapa Kitabnya orang Islam sulit dan berbahasa Arab ?

Apa gak lapar kalo puasa ?

Kenapa Nabi Muhammad banyak istrinya ? 

Saya pun menjawabnya sekedar yang saya bisa, jadi kalo mau versi lebih lengkap silahkan tanya ke pak Ustadz sedikit jengkel sebenarnya kalo ditanya hal yang demikian namum tetap pada batasan tolerasi yang terjaga. 

Setiap hari Jumat di Sekolah biasanya mengadakan Misa di Gereja namun memulangkan lebih awal siswa beragama lain, bersemangat juga dipulangkan lebih awal setiap hari Jumat

Cukup menjaga toleransi beragama juga yah pemirsa 

Agak sedikit berbeda saat memasuki bulan Ramadhan karena tidak ikut libur seperti sekolah lain pada umumnya, pulang sekolah pada  jam normal seperti saat bukan bulan puasa, Momen ini yang bikin iri jika lihat teman lain disekolah umum pada libur semua.

Kantin tempat jualan makanan juga buka seperti pada hari biasa, bagi kami muslim bertiga dalam satu kelas cukup diam dikelas saja saat istirahat, dan teman yang beragama lain pasti akan minta ijin sampai minta maaf pada saat mereka makan minum didepan kami yang sedang puasa bahkan mereka akan mengosongkan kelas dan tidak keluar masuk untuk membiarkan kami yang berpuasa tidak terganggu dengan aktivitas makan dan minum mereka 

Momen indahnya toleransi terasa sekali bahkan mereka terkadang menanyakan tadi malam sudah sahur apa tidak ? 

Pada saat libur hari Raya Idul Fitri jatah libur hanya tersedia 3 hari saja

Biasanya teman – teman dikelas akan menyalami kami bertiga sembari mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri yah, tak segan pula mereka untuk bertandang kerumah istilahnya nglencer sambil menikmati kue – kue lebaran yang Ibuku hidangkan 


Sekian yah sharing cerita sebagai minoritas disekolah beda agama 

Cerita ini ditulis dalam rangka mengikuti even menulis di Blog Secangkir Kopi Bersama 

#Toleransiberagama

# EventNatal

Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

Posting Komentar untuk "Kisahku sebagai Minoritas di Sekolah Beda Agama "

DomaiNesia