Perayaan Ultah A la Bocil
Hari ulang tahun, tak hanya menjadi hari istimewa bagi sosok yang merayakan. Namun, juga menjadi hari spesial bagi orang-orang di sekitar, tah?
Bukan hanya ucapan, dan mengulang lagu kebangsaan para pemilik ultah, semisal : "Selamat ulang tahun, semoga panjang umur dan sehat bahagia". Namun, juga diikuti kejutan-kejutan kecil hingga besar, kan?
Bisa berbentuk pemberian kado dari ragam yang murah meriah, hingga macam pemberian yang mewah dan wah. Atau tindakan-tindakan ajaib yang disusun dengan bisik-bisik tetangga sebangku dan semeja, kemudian disepakati menjadi rahasia bersama.
Nah, di masa aku sekolah dulu, jika ada teman yang ultah, dengan segala keterbatasan yang ada, aku akan mengajak teman-teman untuk merayakannya. Tentu perayaan ala bocah kecil.
Aku cerita, ya?
PERTAMA. Hadiah Lukisan dan Puisi Ala Bocil
Semasa kecil, boro-boro membeli kado, wong uang jajan aja kadang gak ada, tah? Namun, karena ultah itu disepakati hari istimewa. Jadi, mesti dirayakan! Walau modal minimal.
Seingatku, sejak kelas 4 SD, aku sudah mulai menulis mirip-mirip puisi. Mungkin lebih ke arah pantun atau soneta. Kertas yang bertulis puisi itu, kemudian digambar sesuai karakter yang ultah.
Khusus anak perempuan yang ultah, aku hiasi gambar bunga, kupu-kupu atau boneka. Jika laki-laki? Gak pernah nulis! Sebab, lebih bebas merayakan ultah laki-laki, tah?
Seingatku, dulu tak masalah jika berteman akrab, duduk berdampingan, atau pulang sekolah bareng anak perempuan. Tak akan ada ucapan dan teriakan: "Ciyeee...Ciyeee..."
KEDUA. Siksaan tanpa Penderitaan.
Nah. Jika ada teman lelaki yang ultah, maka disain tindakan yang dilakukan, khas kebandelan bocil zaman dulu. Ada konsensus, siapapun yang ultah harus pasrah! Karena, setiap anggota kelas akan diperlakukan sama.
Tak akan ada lemparan tepung atau lupakanlah ceplokan telur di kepala! Itu mahal dan bakal diceramahi orangtua atau guru. Jadi, tradisi sejak SD selain ucapan dan nyanyian selamat ultah, maka yang ultah akan dikepung dan diikat ke tiang bendera.
Terus diapain? Yo diguyur air! Siapapun boleh melakukan! Dengan syarat tanpa kekerasan. Keseruannya? Jamaknya, setelah dilepas, yang ultah bakal ngajakin sebanyak mungkin orang lain biar ikutan basah!
Untuk antisipasi, jika ultah, temanku tahu risiko itu. Maka dari rumah sudah bersiap membawa pakaian ganti!
KETIGA. Saweran Jajanan dan Makanan.
Ini berlaku untuk semua. Setelah prosesi perayaaan, biasanya pada jam Istirahat, semua anggota kelas akan saweran jajanan, atau makanan yang khusus dibawa dari rumah. Jajanan dan makanan itu, kemudian dikumpulkan di meja teman yang ultah.
Akhirnya? Yo makan bersama! Semua akan berkumpul di meja yang penuh makanan. Pokoke, hari itu, yang ultah menjadi pusat perhatian teman-teman sekelas. Bahkan, bisa jadi satu sekolah!
Jangan salah! Terkadang, guru kelas atau wali kelas akan dijemput dan diminta untuk ikut duduk dan menikmati jajanan itu bersama. Jika masih sisa, jajanan dan makanan boleh dibawa pulang oleh yang ultah. Udah, gitu aja!
KEEMPAT. Keseruan jika Ultah Guru!
Bila ada guru yang ultah. Apalagi jika wali kelas, maka jauh-jauh hari perangkat kelas akan mulai sibuk menyusun rencana perayaan. Biasanya bikin masakan sederhana, bermodal sumbangan sekian rupiah dari semua anggota kelas.
Akan ada pembagian tugas. Ada yang menghias kelas, yang bertugas memberi kata sambutan, membaca puisi, pemimpin doa dan seksi konsumsi. Sehari sebelum ultah, semua anggota akan bergerak sesuai tugas yang sudah diberikan.
Paling repot itu, seksi konsumsi, tah? Biasanya anak perempuan. Mereka akan pilih salah satu rumah teman. Kemudian, meminta bantuan ortu pemilik rumah untuk meracik menu masakan. Entah lontong, mie celor atau apalah-apalah.
Jika bisa membujuk Kepala sekolah atau guru lain, saat acara ultah wali kelas, maka kelas itu dianggap keren. Dan, tugas ketua kelas yang bertanggungjawab melakukan bujuk rayu.
Plus, akan ada setidaknya, dua jam pelajaran yang "dikorbankan" untuk acara tersebut.
Memang tak bisa bikin kejutan atau bekerja diam-diam. Namanya para bocil, tah? Namun, pada saat itu, ada keinginan dan kesadaran untuk melakukan sesuatu secara bersama untuk sesama.
Tak ada keharusan traktiran yang bikin susah. Atau malah terbeban hingga bolos sekolah! Malah, semua pada menunggu momentum saat ultah.
Aku tak tahu, apatah di masa kini, masih ada perayaan ultah yang diinisiasi mandiri oleh siswa dengan melibatkan guru bahkan ortu?
Tanpa menimbulkan kerusakan, kekerasan, merugikan atau menyakitkan bagi yang sedang merayakan ultah?
Aih. Kukira, walau sederhana, teman-temanku dulu pasti mengingat momen tak biasa di masa kecilnya. Selamanya. Yihaaaa....
Curup, 03.12.2021
Zaldy Chan
Posting Komentar untuk "Perayaan Ultah A la Bocil"