Semprul dan Diskusi Hangat Tentang“Saya Muslim dan Sebagai Seorang Muslim, Bolehkah Saya Memberi Ucapan “Selamat Merayakan Natal?”(2)
Bagian Dua
*
"Menurut Semprul sendiri gimana?"
Tiba-tiba saja Sholeh mengajukan pertanyaan kepada Semprul yang dilihatnya sedari tadi hanya diam dan mendengarkan percakapan dirinya dengan teman-temannya di dalam warung kopi ini.
"Maksudnya gimana?" Semprul balik bertanya pada Sholeh diantara keriuhan suara pengamen jalanan yang tengah menyanyikan lagu di Sayidan.
"Maksudnya begini, dari tadi kita-kita ini sebenarnya tengah ngobrol-santai dengan topik pembahasannya adalah, ketika ada teman yang menanyakan; “Saya Muslim dan Sebagai Seorang Muslim, Bolehkah Saya Memberi Ucapan “Selamat Merayakan Natal?”
Badu mencoba untuk sedikit menerangkan maksud dari pertanyaan Sholeh barusan kepada Semprul.
"Oo begitu, jika memang itu pertanyaannya, maka aku akan menjawabnya begini, "Menyikapi polemik beberapa ulama yang sudah sama-sama kita baca di beberapa media, sebagai orang awam, jujur saja aku sepakat dengan golongan para ulama yang berpendapat “Bahwa perbuatan baik kepada siapa saja tidak dilarang, selama mereka tidak memerangi dan mengusirnya dari negerinya.”
Jika seandainya dengan ucapan,"Selamat merayakan Natal” itu bisa menciptakan kerukunan antar umat beragama dan bernilai positif kepada nilai-nilai kemanusiaan, dengan tujuan untuk saling menghargai dan menghormati keyakinan agamanya masing-masing, kenapa tidak? Toh aku juga kurang sependapat dengan ungkapan beberapa orang yang mengatakan, bahwa ketika aku sudah mengucapkan, "Selamat merayakan Natal” kepada teman-teman yang merayakannya itu, maka secara otomatis aku akan keluar dari agama Islam yang telah ku anut dan yakini kebenarannya selama ini.
Menurutku, Tuhan itu kan Maha mengetahui, jadi jujur saja aku percaya, bahwa Tuhan yang Maha Esa itu pasti akan mengetahui apa-apa saja yang ada di dalam hatiku ini, oleh karenanya, terkait ke khawatiran beberapa orang yang mengatakan bahwa ucapan “Selamat merayakan Natal” itu nanti akan berpotensi membuat Tuhan akan "membenci dan akan menjauhkanku dari surga” maka dengan santai aku akan menjawabnya begini, “Untuk perkara urusan masuk surga dan neraka, serta siapa-siapa saja yang menurut Tuhan berhak masuk ke dalamnya, biarlah hal itu tetap menjadi hak dan wewenang Tuhan yang telah menciptakan kita.
Aku ini hanyalah makhluk yang lemah, tidak memiliki daya dan upaya tanpa pertolongan-Nya. Jadi sebagai makhluk ciptaannya, menurutku, janganlah kita ini terlalu berprasangka buruk kepada Tuhan dan mengatur Tuhan dengan menggunakan pola pikir kita yang masih sangat sederhana, sehingga selalu merasa benar dan menyalahkan orang lain yang tidak sepemahaman dengan kita, padahal menurutku, kebenaran yang hakiki itu tidak terbantahkan oleh apa dan siapapun, jadi jika masih ada yang menyangkal suatu hal yang kita yakini kebenaran menurut versi kita, tapi disangkal oleh pihak lainnya, berarti itu belum kebenaran yang sesungguhnya.
Sehingga jika ada yang menanyakan kepadaku terkait,“Saya Muslim dan Sebagai Seorang Muslim, Bolehkah Saya Memberi Ucap “Selamat Merayakan Natal?”maka aku menjawabnya begini,“Tanya dengan hatimu sendiri dan jika menurut hatimu jawabannya baik untuk semuanya, silahkan melakukannya, dan jika menurut hatimu tidak baik bagi hubunganmu dengan orang-orang yang ada di sekelilingmu, untuk apa tetap engkau lakukan?"
Oleh sebagian kalangan, ucapan “Selamat Merayakan Natal?”memang sudah di anggap memasuki ranah hukum“Halal dan Haram", sehingga beberapa orang sangat berhati-hati terkait dengan hal ini.
Menurut pendapatku pribadi, hal ini sesungguhnya masih berada di dalam ranah Mubah, yang artinya: merupakan perkara yang dikerjakan ataupun ditinggalkan tidak memberikan ganjaran apapun, baik dosa atau pahala. Toh Tuhan tau isi hati kita yang sesungguhnya.
Toh Tuhan tidak bisa kita bohongi, sebab Ia mengetahui isi hati mahkluk ciptaan-Nya.
Seandainya aku dimasukkan ke dalam neraka dikarenakan ucapanku itu, menurut logikaku tidak ada urusannya dengan mereka yang selama ini selalu getol menjanjikan tiket masuk ke dalam surga kepadaku.
Logikanya begini, seandainya aku yang berbuat dosa dan kesalahan, lalu orang lain yang dimasukkan ke dalam Neraka dikarenakan perbuatanku, menurut kalian apakah itu adil? Kan katanya Tuhan itu Maha adil dan bijaksana, gak mungkinlah dia berbuat semena-mena kepada mahkluk ciptaan-Nya.
Sehingga dalam hal ini, aku pribadi tidak akan menganjurkan ataupun melarang orang lain untuk ikut mengucapkan“Selamat merayakan Natal 25 Desember 2021 kepada umat Kristiani yang merayakannya." Seperti yang aku lakukan kepada teman-temanku yang merayakan.
Terserah dan bebas aja, toh perkara dosa dan pahala akan didapatkan dan di tanggung masing-masing. Kenapa mesti repot mengurusi surga dan nerakanya orang lain?
Aku sadar, toh pada dasarnya kita ini sama-sama mahkluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa, seperti yang aku pahami dari QS. Al-Hujurat Ayat 13 yang artinya adalah, “Hai manusia, Sesungguhnya kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi ALLAH ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Maka dari itu aku selama ini selalu berteman dengan semua orang, baik yang termasuk kedalam golongan Jin ataupun manusia, tujuan itu, untuk saling belajar mengenali sesama ciptaan Tuhan.
Hehehe.. begitu aja sih menurut pendapatku. Jadi, sebagai sesama ciptaan Tuhan, mari kita saling mengucapkan salam damai dan semoga kesejahteraan meliputi kita semua."
Catatan:
Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan lain sebagainya itu adalah kebetulan semata.
Posting Komentar untuk "Semprul dan Diskusi Hangat Tentang“Saya Muslim dan Sebagai Seorang Muslim, Bolehkah Saya Memberi Ucapan “Selamat Merayakan Natal?”(2)"