Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Ternyata Aku Meninggalkan Luka


Kenangan itu memang akan ada dari waktu yang sudah terlewati ketika masa sekolah dulu. Anehnya ternyata ada yang aku lewatkan, suatu kejadian yang tidak pernah kuingat. Luka yang membekas di kaki temanku. Aku berusaha keras mengingat saat itu, duh seperti mengumpulkan kepingan pazzle nih. Berusaha serius mengingat yang terjadi kala itu.


Begini kisahnya,


Aku hanya merasa sedikit badung ketika memakai seragam putih biru, tapi teman-teman beda lagi menilaiku, judes. Itu predikat yang sungguh sangat kejam sekali (penggunaan kata yang begitu nganu).

Di baris depan bangkuku duduk temanku (ya jelas, masak pak kebon) yang satu berambut lurus yang satu berambut kriwul. Tapi aku lupa siapa teman sebangkuku (maafkan daku ya). Saat pelajaran kadang ada sedikit rasa bosan, usil pun mulai datang.

Sering aku menggoda temanku yang kriwul itu, kalau tidak kucolek pakai pensil rusuknya agar geli, ya aku selipkan pensilku di rambutnya.

Si kriwul ini memang pantas untuk selalu aku ganggu setiap hari. Entah, ada saja yang aku lakukan agar dia jengkel atau marah, tapi faktanya dia hanya cengengas-cengenges saja. Aku yakin dia tidak pernah bisa marah padaku, hehehe.

Suatu ketika ternyata aku tidak sengaja melakukan kecerobohan. Saat jam istirahat aku tidak ingin keluar kelas, hanya duduk saja di kelas, sedang tidak minat keluar (padahal berusaha menahan diri tidak jajan) hanya memainkan bangku dengan kujombat-jombat ke arah depan.

Bangkunya terbuat dari materi besi dan kayu, alas karetnya sudah terlepas semua dari kaki bangku. Temanku yang rambut kriwul dan lurus beriringan masuk kelas. Mereka menuju ke belakangku. Aku masih enjoy menjombat-jombat bangku. Tepat di belakangku teman berambut lurus ini berdiri dan ngobrol dengan teman lainnya.

Aku kepo dengan apa yang mereka perbincangkan karena ingin tahu kepala kuputar 180 derajat sambil menghentikan menjombat bangku. Jresss, (sepertinya begitu kejadiannya) spontan temanku ini sedikit berteriak kesakitan. Owh aku tidak tahu apakah waktu itu aku panik, merasa bersalah atau bagaiman, duh.

Yang jelas dia meringis kesakitan, yang terucap dari mulutnya hanya kalimat tidak apa-apa. Apakah esoknya dia masuk sekolah? Duh aku lupa juga. Benar-benar deh aku ini. Peristiwa itu pun berlalu begitu saja dari ingatanku. Sampai suatu ketika aku dan temanku bertemu, di rumahnya, hehehe. Main gitu silaturahmi, diajak sama temanku untuk mampir. 

Dia mengingatkan bila ada satu yang aku tinggalkan di kakinya, luka jahitan. Spontan aku mendelik, tidak percaya kecerobohan yang aku lakukan meskipun tidak sengaja waktu itu telah meninggalkan bekas sampai sekarang di dekat mata kakinya.

Duh! rasanya benar-benar bersalah karena sudah memberi luka dan tidak ingat bila pernah melukai. Kenang-kenangan yang kutinggalkan kok bekas luka, duh maafkan.

Nah sudah kutulis sekarang biar ingat.




Rumah, 03 Desember 2021

____________________

Sumber gambar pixabay

Cerita saat seragam putih biru ini kutulis untuk memgikuti event yang diadakan SKB dan Mbak Dini, eh kebalik ya? Ya sudah dibalik sendiri dalam rangka memperingati Ulang Tahun Mbak Dini dan mengenang masa sekolah. SELAMAT ULANG TAHUN ya, semoga selalu BAHAGIA. 😍😘😘



Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

Posting Komentar untuk "Ternyata Aku Meninggalkan Luka"

DomaiNesia