Kopi Pagi: Your Life is Up to You
Ilustrasi pria jatuh dari pesawat terbang oleh doctor-a dari pixabay.com |
Udah ngopi belum? Oh ya, andai, kita berandai-andai lho, berada dalam situasi begini:
Satu waktu kita menaiki pesawat baling-baling di ketinggian 1.000 meter. Ketika sedang nongkrong di pinggir pintu terbuka, menikmati pemandangan indah, tiba-tiba seorang kawan bercanda. Mendorong diri kita keluar.
Melayang bersama awan. Tanpa parasut. Tanpa tali pengikat. Tanpa jaring pengaman di bawah. Tiba di tanah dipastikan tubuh akan menjadi potongan daging. Mati!
Nah, selama melayang di udara hingga menghantam tanah, apa yang mesti kita lakukan?
Ada beberapa skenario yang bisa dibayangkan:
- Pingsan, tidak kuat menahan kengerian.
- Histeris, mengingat kematian ketika menyentuh tanah.
- Memaki kawan yang mendorong.
- Mengeluh, kenapa tidak memakai parasut; mengapa naik pesawat; mengapa melihat pemandangan melalui pintu terbuka; dan seterusnya.
- Anda bisa menciptakan reaksi sendiri.
Apa pun reaksi atau skenario menghadapi kematian tersebut sah-sah saja dipilih. Bebas.
Toh sampai di tanah akan tetap mati. Siapa pun dijamin meregang nyawa bila jatuh dari ketinggian tersebut. Mau orang kaya atau miskin. Mau orang beriman atau tidak. Mau presiden atau rakyat jelata. Kematian tidak pilih kasih!
Ilustrasi asal-asalan di atas merupakan analogi dari hidup yang kita jalani saat ini.
Kita tidak pernah meminta dilahirkan menjadi apa, di mana, bagaimana keadaannya. Kita juga sebelumnya tidak pernah tahu, kapan dilahirkan. Pokoknya, brol. Seperti tiba-tiba didorong dari “pintu” pesawat terbang. Tujuannya hanya satu: mati!
Jadi tujuan akhir kita dilahirkan adalah mati. Maka persoalan terbesar adalah, bagaimana sikap kita sewaktu masih hidup? Tepatnya, apa yang mesti kita lakukan semasa menjalani kehidupan menuju kematian yang pasti akan tiba?
Bisa dengan ke-putusasa-an. Marah-marah mendahulukan emosi buruk. Histeris dan menyesal telah dilahirkan. Mengeluh. Apa saja.
Namun demikian, alangkah eloknya bila melakukan hal-hal positif, seperti bersyukur, menikmati hidup, dan berbahagia dengan kehidupan diberikan.
Bukankah Tuhan Maha Baik? Telah memberikan rambu-rambu (dalam bentuk kitab-kitab) yang telah disampaikan dan dicontohkan oleh para nabi?
Maka ketika didorong keluar dari pesawat terbang di ketinggian tanpa dibekali parasut, saya akan bersenang-senang, dalam koridor rambu-rambu diamanatkan. Menikmati pengalaman sebagai manusia yang mampu melayang di angkasa, “ horay, I’m flying....!” Tiba di tanah, mati.
Sekali lagi, cara menjalani hidup adalah terserah Anda. Your life is up to you!
Posting Komentar untuk "Kopi Pagi: Your Life is Up to You"