Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Menarilah Penaku

 

Menarilah Penaku
Foto oleh Alena Koval dari Pexels


Wahai embun yang menempel di dedaunan, enyahlah! biarkan air mata ini menggantikan keberadaanmu, akan aku basahi dedaunan yang tumbuh di pekarangan, biarkan para makhluk mengira bahwa itu adalah tetesan embun. 

Wahai hujan, turunlah dengan deras, basahi bumi biarkan  berlari di bawah hujan, biar tak ada seorangpun yang tau ada air mata yang ikut jatuh ke bumi. Disembunyikan semua, untuk menjaga sebuah senyuman untuk tetap tersenyum. 

Lembaran diary tertulis aksara bermakna, tinta hitam pudar terhapus air mata, entah mengapa tak bisa berhenti. Sobekan demi sobekan menjadi saksi bisu. Tulisan bermakna seperti tak bermakna, teronggok disudut kamar. Ini bukan tulisan rasa, hanya tulisan biasa yang tak punya arti apa-apa. 

Pena ini hanya ingin menari, setelah sekian lama berhenti menari-nari dengan kata kiasan. 

Bunga mawar  tumbuh di halaman, merekah dengan sempurna, kucing liar masih tetap berlarian, kupu-kupu berwarna-warni beterbangan dengan indahnya, langit berwarna biru cerah, awan muncul menghiasi langit. 

Pena di tangan bergerak pelan ingin menuliskan ke indahan alam, ia seperti tau ada kesedihan tersimpan di sana. 

Menarilah penaku, menarilah semampunya, jangan berhenti di tengah jalan, tuliskan apa yang ingin ditulis, tumpulkan penamu. Karena pena seperti lidah bisa menjadi tajam melebihi pedang, atur goresan pena, goresan tarian pena penuh senyuman, sembunyikan air mata. Tak perlu semua tau apa yang sedang dirasakan. Lihat dunia dengan kedua mata, Lihatlah keindahannya. 

Tak perlu mengantungkan pena, selama karya banyak dinikmati. Pena di tangan hanya ingin menari, biarkan ia menari meliuk-liukkan ujung pena, huruf demi huruf dirangkai menjadi kata dan sulam menjadi kalimat. 

Sulaman demi sulaman kalimat dijahit satu persatu dalam lembaran kertas, disanggul dalam sebuah ikatan  biar tak berceceran dan beterbangan.

Seekor kucing tak akan menyukai kertas meski bermakna. Di tangan penjual, selembar kertas dipakai untuk membungkus makanan, bagi pengrajin kertas bisa  berubah menjadi hiasan, tapi di tangan penulis, kertas itu berharga karena ada karya yang tak ternilai, seperti intan permata.

Sebuah tarian pena  membutuhkan pemikiran yang tak semua orang memilikinya. Menghargai sebuah karya merupakan harta bagi penulis.


ADSN1919


Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

Posting Komentar untuk "Menarilah Penaku"

DomaiNesia