Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Singapore Sling di Maduma

DomaiNesia
Gambar oleh 1259483 dari pixabay.com

Hampir setengah jam ia menunggu, belum juga batang hidung teman baiknya muncul di temaram kafe Balemang.

"Kebiasaan nih orang, selalu telat jika janjian. Tapi sekali ini keterlaluan terlambatnya", pikiran Rudulfo berkecamuk sambil memesan gelas ketiga draught-beer kepada bartender yang senyumnya sangat menawan.

Untunglah Iis, bartender manis itu, menyenangkan diajak bercakap-cakap, selain cakap meracik minuman juga cakep tak membosankan dipandang mata. Tetapi dari itu Rudolfo akhirnya tahu, wanita ramah tersebut menjanda tanpa anak. Dan ia telah menyimpan nomor telponnya.

Tak lama, Gustavo muncul. Wajahnya memerah sumringah tanpa merasa bersalah melambaikan tangan kepada Rudolfo yang kesal. Gustavo berseri-seri dan, hei... kelihatannya ia bergoyang-goyang seperti penumpang kapal laut. Dari mulutnya yang tercium aroma alkohol meluncur pesanan, "double whiskey, on the rock" --minuman beralkohol dicampur es batu-- sambil mengedip kepada bartender cantik itu.

"Eh...tumben, biasanya pesan minuman Balibong, cocktailempat belas campuran minuman beralkohol?", sergah Rudolfo.

"Sekali ini tidak, kepalaku sudah cukup berat!", ujar Gustavo.

"Wah, sebelumnya kamu sudah bersenang-senang di kafe lain ya? Baumu itu menunjukkan bahwa kamu sudah banyak minum. Kok tidak ajak-ajak?"

"Ssssttt...sini aku bisikkan", Gustavo mendekatkan mulutnya yang berbau nafas naga ke telinga Rudolfo, sembari mengedipkan mata kepada Iis.

"Haah....Maduma? Kafe baru? Aku baru dengar?"

"Bukan kafe, tapi dijamin enak. Besok aku ajak kamu kesana, sebelum kemari", kata Gustavo meyakinkan Rudolfo yang masih terheran-heran.

Semakin malam penerangan dalam kafe Balemang semakin temaram, musik kian hingar bingar, Gustavo semakin liar di lantai dansa terpengaruh alkohol. Sementara, Rudolfo belum beranjak dari dekat bartender.
Keesokan harinya, Rudolfo datang ke tempat yang ditunjuk oleh Gustavo. Di depan menara Laguna, ia hanya melihat sebuah warung tenda, sama sekali tidak ada kafe atau restoran penjual minum keras seperti yang diceritakan Gustavo, yang seperti biasa, terlambat datangnya.

Tak lama, seringai Gustavo muncul, "Ini tempatnya!".

"Warung tenda biru ini?, mata Rudolfo melompat.

"Ayo masuklah. Duduklah, pilih meja yang paling nyaman. Mumpung masih sepi. Aku pesankan Singapore Sling ya?", desak Gustavo.

Di dalam warung tenda biru, Rudolfo melihat bar dan rak dari kayu dimana padanya berderet berbotol-botol minuman impor. Seorang laki-laki berperawakan besar sedang meracik minuman pesanan Gustavo.

Rudolfo terperangah, lalu Gustavo menerangkan, "Ya...di sini ada berbagai minuman impor seperti yang disediakan di kafe-kafe. Juga bisa meracik koktail populer. Singapore Sling-nya boleh kamu bandingkan rasanya dengan minuman sejenis yang diracik oleh bartender cantik itu. Siapa namanya?"

Dua gelas Singapore Sling, dua gelas Gin Tonic dan empat sloki Tequila telah ditenggak habis. Kedua sahabat karib itu keluar dari warung tenda biru, setelah membayar dengan harga murah. Hanya sepertiga dari harga di kafe tersohor untuk kemabukan yang sama.

Dua pria itu berjalan sempoyongan menuju kendaraannya, sambil berdendang, "Maduma: Masuk; Duduk; Mabuk. Hahahahaha...".

~~Selesai~~

Nulis Bersama
Nulis Bersama Ruang berbagi cerita

6 komentar untuk "Singapore Sling di Maduma"