Jauh sebelum merebaknya Covid 19, saya ditawarkan oleh pedagang keliling bahan Batik. Konon katanya kain tersebut terbuat dari serat pisang abaka. Hasil tenunan rakyat Bali. Tidak tanggung-tanggung, dia membandrol dengan angka Rp 475.000 per potong, untuk dua lembar kemaja. (Mama dan Papa).
Dengan amat meyakinkan pemuda berkulit gosong tersebut menjelaskan mutu dan keunggulan dagangannya. Adem dan tahan api dan bl bl bla .... Untuk pembuktikan kicauannya, dia menaruh puntung rokok yang menyala ke dalam lipatan bahan tersebut, terus menyimpannya ke dalam ransel.
Saya tertawa dalam hati. Teringat peristiwa 20 tahun lalu. Saya pernah tergoda oleh gombalan begitu. Dengan membawa foto nenek-nenek Dayak yang bertelinga panjang, dua orang anak muda yang mengaku mahasiswa menawarkan sarung ajaib.
Dingin, kayak baru keluar dari kulkas. Katanya bisa untuk mengobati dan menyembuhkan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit menahun semisal rematik, asam urat, dan lain sebagainya. Caranya simple. Cukup dengan menyelimuti si sakit dengan sarung tersebut bila terasa gejala penyakit apa pun.
Karena almarhumah ibu saya menderita penyakit persis seperti yang dia jelaskannya, saya mau beli, minta uang pada suami. Beliau melarang dengan seribu alasan.
Tapi, saya bersikeras dengan dua ribu dalih. Hampir saja saya menangis. Dalam hati saya menuding si suami tidak menghormati mertua. Akhirnya beliau mengalah.
Beberapa jam setelah dibeli, ademnya berangsur kurang dan akhirnya netral seperti suhu kain pada umumnya.
Sampai sekarang saya sering di-bully oleh anak-anak dan bapaknya. Lebih-lebih apabila badan saya agak meriang. "Pakai saja kain rematik yang awak beli dulu," katanya.
Saya malu-malu asam.
Lain kisah sarung, beda pula nasib kemeja. Sepulang dari pasar, tetangga saya ngasih tahu isterinya kalau dia membeli baju batik anti api. Rencananya untuk dipakai ke masjid dua hari lagi, dalam rangka menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.
"Ah, Bapak mudah ketipu," ejek isterinya.
"Sudah diuji, Bu. Benar-benar tahan api. Kalau tak percaya, ini saya bakar." Si Bapak menggesek korek api, lantas menyodorkannya ke kemeja tersebut, pas pada bagian punggungnya.
Sekali sunu, langsung menyala dan menganga sebesar telor ayam.
Artikelnya menarik...
BalasHapusTerima kasih telsh mampir, Mas Sulaiman. Selamat malam
HapusMantap bu..,😁👍
BalasHapus😂🙏🙏
HapusHahahaha....lha wong kain kok tahan bakar
BalasHapus🤣🤣😂😂
BalasHapus
Hapus😂😂😂😂
He he ... Terima kasih apresiasinya ananda Swarna.
BalasHapusTerima kasih atensinya Mbak Dewi. Selamat malam.
BalasHapusItu sebenarnya ada triknya. Kalau sekarang dengan korek api gas. Kalau kita sendiri yang mencobanya, pedagangnya tidak mau
BalasHapus