Senja di Beranda
Beranda menjadi tempat penantian berbagai jenis tanaman. Mulai dari mawar merah, melati hingga lidah buaya. Berpadu dengan kangkung, tomat, bawang daun, saledri dan selada. Sebelum menjejaki akhir kehidupan.
Namun tidak hari itu. Sabtu, titik keenam belas usai pergantian malam tahun baru.
"Ayah sedang apa?"
"Menunggu senja!"
Bagiku, beranda tempat persinggahan senja. Sebagai garis jeda. Ketika mentari enggan mengaku lelah merajai hari. Namun tunduk dan patuh pada Sang Penguasa waktu.
Kau tahu? Tak pernah ada batasan rahasia pada senja.
Sepasang kunang-kunang memadu janji menunda perjalanan hari. Sepasang kekasih mereguk kisah di antara butir cinta, bulir air mata atau memaksa rasa mamaku lupa.
Hari-hari terus datang dan pergi
Tapi senja tak pernah berjanji
Senja datang ketika harus
Senja pergi ketika harus
Hanya sesaat senja
Tak terhenti
Hanya sesaat jeda
Tak terganti
Kaucari?
Senja tak peduli!
Kaunanti?
Senja bisa saja sembunyi
Di beranda. Kubiarkan senja melaju. Menawarkan perguliran waktu-waktu baru. Berlalu.
"Ayah. Senja menghilang!"
"Senja tak pernah hilang, Nak! Tapi, kita!"
Curup, 16.01.2021
zaldychan
Posting Komentar untuk "Senja di Beranda"